Berita

PM Inggris Boris Johnson/Net

Dunia

Mestinya Inggris Tidak Perlu Tawarkan Kewarganegaraan Bagi Penduduk Hong Kong Karena Sangat Riskan, Ini Alasannya

SENIN, 06 JULI 2020 | 12:08 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

. Pandemik Covid-19 membuat perusahaan-perusahaan di Inggris memberhentikan para pekerjanyanya. Lebih dari 12 ribu karyawan menjadi pengangguran dalam beberapa minggu terakhir. Di saat krisis seperti itu, bukan saat yang tepat untuk menawarkan kewarganegaraan Inggris bagi tiga juga warga Hong Kong.

Inggris harus melindungi para pekerja lokal di tengah meningkatnya krisis ekonomi yang sedang dihadapi negara itu. Itu pun gagal karena faktanya perusahaan-perusahaan terpaksa memecat mereka.

Ekonomi Inggris mengalami resesi triwulanan terburuk -sejak 197- akibat Covid-19. Kantor Statistik Nasional pada Selasa pekan lalu menyampaikan, PDB turun 2,2 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.


Dalam artikel berjudul UK can't back citizenship offer for HK residents yang tayang di Global Times, Inggris memiliki waktu kurang dari enam bulan sebelum perjanjian perdagangan Inggris-UE yang transisional berakhir, dan kesepakatan perdagangan baru dengan UE masih dalam proses. Tentunya, hal ini menunjuk pada ketidakpastian yang tumbuh atas prospek perdagangannya.

Terperangkap dalam keadaan sulit, mestinya Inggris memprioritaskan  menghidupkan kembali kegiatan ekonomi dan melindungi pekerjaan lokal. Janji Boris Johnson memberikan kewarganegaraan bagi 3 juta penduduk Hong Kong untuk masuk ke Inggris hanya akan merusak upaya ekonomi negara itu.

Artikel itu juga menyoroti campur tangan Inggris dalam undang-undang keamanan nasional legislatif top China untuk Hong Kong. Ini seperti obsesi Inggris terhadap bekas koloni itu, yang membayangi hubungannya dengan Beijing.

Beberapa negara Eropa sulit untuk memasuki wilayah dalam negeri bekas jajahannya. Bagi beberapa pejabat Inggris, Hong Kong seperti membangkitkan ingatan akan 'kejayaan' masa lalu Inggris.

Inggris berpikir memiliki tanggung jawab atas Hong Kong, padahal itu hanya khayalan dari eforianya pada kenangan masa lalu.

Masa kolonial telah berlalu. Mestinya Inggris menghargai itu. Jika Inggris tetap melakukan upaya ikut campur urusan Hong Kong bahkan memberikan kewarganegaraan kepada tiga juta penduduknya, maka itu akan menjadi pelanggaran terhadap posisi Inggris serta hukum internasional.

Itu juga akan membangkitkan kekhawatiran publik di antara orang-orang China dan membahayakan hubungan Inggris-China.

Kalangan bisnis di Inggris perlu menilai dampak yang mungkin terjadi pada hubungan komersial, karena ada terlalu banyak ketidakpastian seputar bagaimana Beijing akan bereaksi jika London memilih untuk mengikuti langkah-langkah Washington dalam mengintimidasi China.

Jam terus berdetak pada transisi pasca Brexit yang akan berakhir pada akhir tahun ini. Inggris perlu menghadapi kenyataan bahwa kerja sama dengan China akan sangat diperlukan bagi negara jika ingin maju dengan lancar melalui periode transisi ekonomi.

Selama 'Era Emas' hubungan Inggris-Cina beberapa tahun yang lalu, para politisi Inggris menegaskan bahwa kemitraan ekonomi yang lebih erat dengan China sangat penting bagi negara mereka, tulis artikel itu.

Sekarang, ketika Inggris tampaknya membutuhkan China lebih dari sebelumnya, mengapa pemerintah Johnson membuat keputusan yang merusak hubungan bilateral? Pemerintah Inggris perlu mengkaji lebih luas dan merenungkan kembali.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya