Ilustrasi virus corona baru atau SARS-CoV-2/Net
Salah satu hal yang paling memungkinkan untuk menjelaskan asal usul virus corona baru atau SARS-CoV-2 adalah hipotesis seorang pakar dari Universitas Oxford, Dr. Tom Jefferson.
Jefferson mengaku percaya bahwa virus corona baru sudah sejak lama eksis dan berada di berbagai belahan dunia. Namun virus tersebut baru "aktif" ketika ada kondisi lingkungan yang tepat baginya untuk berkembang.
Hipotesis tersebut dirumuskan oleh Jefferson setelah semakin banyaknya bukti yang menunjukkan virus tersebut ada di berbagai tempat lain, bahkan sebelum kasus pertama Covid-19 di China muncul.
Melansir
The Telegraph, pekan lalu, ahli virologi Spanyol mengumumkan telah menemukan jejak Covid-19 dalam sampel air limbah yang dikumpulkan pada Maret 2019. Itu sembilan bulan sebelum kasus pertama di China.
Ilmuan Italia juga menunjukkan bukti keberadaan virus corona dalam sampel limbah di Milan dan Turin yang diambil pada pertengahan September. Hal yang sama juga terjadi di Brasil, di mana para ahli menemukan jejak virus tersebut sejak November.
Melihat penemuan-penemuan tersebut, Jefferson yang merupakan tutor senior pada Pusat Pengobatan Berbasis Bukti (CEBM) di Oxford mempercayai bahwa ada banyak virus corona baru yang tidak aktif di dunia.
Artinya, virus hanya muncul ketika kondisinya menguntungkan. Itu juga berarti virus bisa menghilang secepat mereka tiba.
"Kemana SARS-1 pergi? Itu hilang begitu saja," ucap Jefferson.
"Jadi kita harus memikirkan hal-hal ini. Kita perlu mulai meneliti ekologi virus, memahami bagaimana virus itu bermula dan bermutasi. Kita mungkin melihat virus tidak aktif yang telah diaktifkan oleh kondisi lingkungan. Ada kasus di Kepulauan Falkland pada awal Februari. Sekarang, dari mana asalnya?" lanjutnya.
Menurut Jefferson, hal tersebut pun terjadi ketika Flu Spanyol. Sehingga yang harus dicari adalah pemicu aktifnya virus tersebut.
“Penjelasannya mungkin saja bahwa virus-virus ini tidak datang atau pergi ke mana pun. Mereka selalu ada di sini dan sesuatu memicu mereka, mungkin kepadatan manusia atau kondisi lingkungan, dan inilah yang harus kita cari,†terangnya.
Selain itu, Jefferson juga percaya bahwa virus corona baru dapat ditularkan melalui sistem pembuangan kotoran atau fasilitas toilet bersama, tidak hanya melalui tetesan yang dikeluarkan dengan berbicara, batuk dan bersin.
“Ada cukup banyak bukti tentang jumlah besar virus di saluran pembuangan di semua tempat, dan semakin banyak bukti bahwa ada penularan feses. Ada konsentrasi tinggi di mana limbah berada pada 4 derajat (Celcius), yang merupakan suhu ideal untuk distabilkan dan mungkin diaktifkan. Dan tanaman pengepakan daging sering 4 derajat," jelasnya.
“Wabah ini perlu diselidiki dengan benar. Anda menanyai orang, dan Anda membuat hipotesis yang sesuai dengan fakta, bukan sebaliknya," pungkasnya.