Berita

Foto:Net

Politik

Ketahanan Pangan Masih Oke, Ekonom: Karena Impor Naik Terus!

SELASA, 23 JUNI 2020 | 13:42 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Indeks ketahanan pangan Indonesia di tingkat global semakin membaik selama 4 tahun terakhir. Namun sayangnya, stok pangan tersebut disokong oleh impor yang meningkat tiap tahunnya.

Ekonom senior CORE Indonesia, Dwi Andreas Santosa menerangkan, naiknya peringkat ketahanan pangan Indonesia terjadi sejak tahun 2016 hingga 2019 yang lalu.

"Mulai tahun 2016 terjadi peningkatan indeks ketahanan pangan Indonesia. Dan sekarang ini, pada tahun 2019 yang lalu kita posisi 62. Dari sisi ketahanan pangan kita baik-baik saja," ujar Dwi Andreas dalam diskusi daring yang diselenggarakan Epic Talk dengan tajuk "Covid19: Krisis Beras di Depan Mata", Selasa (23/6).


Sebelumnya, gurubesar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mencatat, tahun 2013 posisi Indonesia berada di rangking 70 dunia dari 113 negara, terkait ketahanan pangan. Lalu 2014 turun ke rangking 73, dan 2015 turun lagi ke rangking 75.

Namun hingga bulan Maret tahun ini, tingkat persediaan beras dari total penggunaan komoditas (stock to use ratio) berada di posisi 30,9 persen, atau terbilang aman jika dibanding periode yang sama ditahun sebelumnya yang rata-rata berada dikisaran 15-25 persen maksimum.

"Jadi tidak ada kekhawatiran krisis pangan," tegasnya.

Akan tetapi, konsep ketahanan dunia berdasarkan rangking ini tidak melihat sumber pangan tersebut diperoleh. Dalam arti, kebutuhan pangan yang mencukupi dihitung berdasarkan produksi di dalam negeri dan juga impor.

Berdasarkan kajian Dwi Andreas, ketahanan pangan yang ada di Indonesia kebanyakan bersumber dari impor, yang sejak 2014 hingga 2018 terus mengalami kenaikan untuk 8 komoditas bahan pokok, termasuk beras di dalamnya.

"Data 2014, impor pangan kita masih sekitar 21,9 juta ton. Lalu kemudian meningkat terus sampai diposisi tertingginya tahun 2018 di 27,6 juta ton. Jadi dalam tempo yang amat singkat, selama periode pemerintah sekarang impor pangan meningkat 6 juta ton," katanya.

"Jadi ketahanan pangan kita, kalau melihat data seperti ini, perbaikan pangan kita itu karena peningkatan impor. Ini yang perlu menjadi catatan keras bagi kita semua," demikian Dwi Andreas menutup.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya