Berita

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, M. Nasir Djamil/RMOL

Politik

Kekhawatiran SBY Harus Jadi Perhatian, Tidak Ada Jalan Lain Kecuali RUU HIP Ditarik Dari Prolegnas

SELASA, 23 JUNI 2020 | 12:29 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pernyataan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait hiruk pikuk sosial dan politik seputar RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP), perlu menjadi perhatian serius pemerintah dan DPR.

SBY mengingatkan, proses "nation building" dan "consensus making" yang dilakukan sejak tahun 1945 juga tidak selalu mudah. Jangan sampai ada "ideological clash" dan perpecahan bangsa yang baru. Kalau itu terjadi, kasihan Pancasila dan rakyat.

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS, M. Nasir Djamil mengatakan, sejarah kelam bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa konflik ideologis merenggut nyawa anak bangsa yang tidak sedikit.

"Bangsa ini pernah mengalami masa gelap ketika ideologi menjadi pertarungan yang menimbulkan korban. DPR dan pemerintah sebaiknya melakukan komunikasi publik kepada berbagai pemangku kepentingan agar terjadi kesamaan dalam melihat RUU HIP," ujar Nasir Djamil saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (23/6).

Menurut legislator asal Aceh ini, untuk menghindari potensi clash ideology seperti diungkapkan mantan kepala negara dua periode itu, DPR dan pemerintah harus segera mencabut RUU HIP tersebut dari Prolegnas (Program Legislasi Nasional) di Baleg DPR.

"Tidak ada jalan lain kecuali DPR dan pemerintah harus mencabut RUU HIP dari program prioritas legislasi nasional," tegasnya.

Lanjut Nasir Djamil, pencabutan ini penting untuk meyakinkan rakyat Indonesia bahwa DPR dan pemerintah serius menanggapi kekhawatiran berbagai eleman bangsa terkait muatan dalam RUU HIP tersebut.

Selanjutnya, DPR dan pemerintah harus melakukan komunikasi publik dengan cara merangkul berbagai pemangku kepentingan agar seksama melihat RUU HIP yang hingga kini menuai reaksi di tengah masyarakat.

"Komunikasi ini dibutuhkan agar persatuan bisa dijaga dan tidak mudah diprovokasi oleh pengadu domba yang ingin mengulangi kembali konflik ideologi di Indonesia," demikian Nasir Djamil.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya