Kelompok Boogaloo Bois/Net
Gerakan kelompok ekstrimis yang menyebut diri mereka sebagai Boogaloo Bois kembali menjadi perhatian pasca aksi protes massa yang membakar beberapa wilayah di Amerika Serikat, terutama setelah para penyelidik menghubungkan seorang anggota mereka sengan penembakan dua perwira di California.
Aparat telah lama menduga bahwa Boogaloos, kelompok anti-pemerintah yang diidentifikasi sebagai milisi warga libertarian, ada di balik gerakan Black Lives Matter, seperti dikutip dari Refinery29, Jumat (19/6).
Kelompok ini memiliki pengikut dari gerakan kanan jauh, neo-Nazi, supremasi kulit putih, dan anarki. Nama Boogaloo telah digunakan sebagai istilah untuk pemberontakan dan perang sipil beberapa tahun oleh para gamer dan ruang obrolan bawah tanah.
Sebenarnya, Boogaloo sudah beberapa bulan lalu menjalankan aksi mereka melawan aparat hukum, membuat onar hingga membunuh polisi atau warga.
Kementerian Kehakiman pada Selasa lalu mendakwa seorang pengikut Boogallo, seorang sersan Angkatan Bersenjata California, Steven Carillo, atas pembunuhan dua polisi Oakland saat unjuk rasa Black Lives Matter pada 29 Mei lalu.
Delapan hari kemudian, Carillo kembali membunuh seorang polisi ketika ditemukan senjata dan bahan pembuat bom di mobilnya dekat Santa Cruz. Dia menorehkan darahnya sendiri di kap mobilnya kata "Boog" dan "Saya menjadi tidak masuk akal", meme populer kelompok ekstrimis kanan.
Pada 1 Mei lalu, pendukung Boogaloo di Colorado, Denver ditangkap bersama beberapa bom pipa miliknya saat akan mengikuti unjuk rasa untuk menentang larangan untuk mencegah penularan wabah virus corona. Dan pada 11 April lalu, pengikut kelompok ini di Texas didakwa melakukan ancaman teror setelah memposting rekaman video mengatakan dirinya akan menyerang dan membunuh aparat polisi.
Boogaloo memang sangat membenci polisi dan otoritas pemerintah. Mereka membawa senjata, mengenakan vest militer, dan terkadang mengenakan pakaian ala Hawaii.
Sebagian besar mereka terhubung melalui media sosial. Studi Tech Transparency Project pada April lalu menemukan 125 akun grup terkait Boogaloo di Facebook dengan puluhan ribu pengikutnya. Mereka mendiskusikan senjata, strategi meledakkan dan taktik melawan pemerintah yang berkuasa.
Banyak kelompok ekstrimis Boogaloo dibentuk setelah adanya pandemik Covid-19 yang menyerang Amerika Serikat dan pemerintah lokal mulai memberlakukan lockdown.