Berita

Walikota Serang Syafrudin/Net

Nusantara

Walikota Serang Cari Tahu Sebab Rapid Test Ditolak Ulama Dan Santri

RABU, 17 JUNI 2020 | 23:18 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Pemerintah Kota Serang akan mencari penyebab penolakan rapid test Covid-19 dari sejumlah ulama dan santri yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Serang.

Walikota Serang Syafrudin, mengaku sudah menugaskan tim gugus tugas Covid-19 Kota Serang untuk mengecek kebenarannya.

"Adanya penolakan tentang rapid test saya sudah berkoordinasi dengan petugas untuk mengecek kebenaran dilapangan. Kalau bener menolak, saya ingin tahu kenapa mereka menolak," ujar Syafrudin dilansir dari Kantor Berita RMOLBanten, Rabu (17/6).

Selain melakukan pengecekan, lanjut Syafrudin, rapid test akan diprogramkan terjadwal demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Kota Serang.

"Kami akan melakukan langkah persuasif dan kita juga akan memaksimalkan sosialisasi. Agar masyarakat paham tentang rapid test," katanya.

Apalagi, kata Syafrudin, rapid test itu bukan dilakukan di Kota Serang saja akan tetapi dilakukan di semua daerah di Indonesia.

"Rapid test juga kan program pusat dan sudah dilakukan disemua wilayah. Maka dari itu, terkait penolakan tersebut saya akan mengecek dulu apa masalahnya," tandasnya.

Sebelumnya, Puluhan ulama dan kiai yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Serang menolak dilakukan rapid test.

Video penolakan rapid test terhadap santri dan kiai di Kota Serang itu tersebar di masyarakat dan media sosial.

Presidium FSPP Kota Serang Ustadz Enting Abdul Karim mengatakan penolakan yang dilakukan para ulama ini berawal kesimpang siuran informasi tentang Covid-19.

Kemudian juga dari ketakutan, ketakutan para kiai, para ulama terhadap rapid test, atau mungkin juga berawal dari ketidak percayaan terhadap rapid test.

"Itu keputusan semua para kiai, akhirnya supaya didengar penolakan tersebut  dibikin video bahwa para ulama, kiyai dan santri se Kota Serang tidak usah di rapid tes," ujarnya, Selasa (16/6).

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya