Berita

Direktur Eksekutif Saiful Mudjani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas/Net

Politik

Presiden Minta KPK Gigit Oknum Koruptif Dana Pemulihan Ekonomi, Pengamat: Jika Tidak Jalan, Jadi Dokumen Belaka

SELASA, 16 JUNI 2020 | 11:45 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Alokasi anggaran pemulihan ekonomi dan percepatan penanganan Covid-19 sebesar Rp 677,2 triliun diminta Presiden Joko Widodo untuk bisa ikut diawasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Jokowi menggunakan istilah "menggigit" dalam permintaannya kepada KPK. Dimana, dia mempersilakan KPK dan lembaga penegak hukum terkait lainnya untuk menggigit mereka yang terindikasi koruptif dari dana pemulihan ekonomi itu.

Meskipun di sisi yang lain, Jokowi juga mengutarakan agar tidak salah gigit orang dalam konteks pengawasan terhadap dana yang cukup besar itu.

Banyak pihak telah menyampaikan pandangannya terkait pernyataan Jokowi tersebut, dan salah satunya juga disampaikan Direktur Eksekutif Saiful Mudjani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas.

Dia memandang, pemulihan ekonomi yang direncanakan pemerintah di masa pandemi Covid-19 tidak akan berjalan, jika kepercayaan publik dan pelaku usaha terkait ketegasan dari penegakkan hukum tidak berjalan dengan baik.

"Sebaik apapun kebijakan dibuat dan sebesar apapun nilai anggaran stimulus dan insentif disediakan, jika publik dan pelaku usaha dalam dan luar negeri tidak percaya, maka kebijakan tersebut tidak akan jalan. Hanya akan jadi dokumen belaka," ujar Sirojudin Abbas saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (16/6).

Akademisi Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial lulusan University of Berkeley ini memandang, kepercayaan publik menjadi tolak ukur paling penting dalam proses implementasi kebijakan.

Karena menurutnya, kepercayaan publik saat ini tersorot kepada peran, fungsi, serta sistem penegakan hukum yang berjalan di era pemerintahan saat ini.

"Kepercayaan publik adalah hasil dari ketegasan, kepastian hukum, dan disiplin lembaga-lembaga pemerintah yang menjalankannya," ungkapnya.

Selain dari kepercayaan publik, Sirojudin juga menggarisbawahi terkait program-program atau upaya-upaya yang bisa dilakukan pemerintah dalam memulihkan ekonomi.

Hal ini menjadi salah satu indikator yang menurut Sirojudin patut juga diperhatikan pemerintah.

"Pilihan kebijakan pemulihan. Ini termasuk komponen jaring pengaman sosial, stimulus untuk pelaku usaha dan insentif kebijakan untuk meningkatkan daya tarik investasi," demikian Sirojudin Abbas menambahkan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya