Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg/Net
Persekutuan China dan Rusia menjadi ancaman yang besar bagi Barat. Kebangkitan ekonomi dan militer China baahkan bisa menggeser keseimbangan kekuatan global.
Begitu kiranya yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg dalam konferensi video pada Senin (8/6) seperti yang dikutip oleh EU Observer.
"NATO tidak melihat China sebagai musuh baru atau penantang," ucap Stoltenberg
"Tapi mereka (China) sudah memiliki anggaran pertahanan terbesar kedua (di dunia). Mereka banyak berinvestasi dalam militer modern, termasuk rudal yang dapat menjangkau semua negara sekutu NATO,"
paparnya menambahkan.
"Kami melihat mereka (pasukan China) di Kutub Utara, di Afrika. Kami melihat mereka berinvestasi dalam infrastruktur kritis kami. Dan mereka bekerja lebih banyak bersama dengan Rusia. Semua ini memiliki konsekuensi keamanan bagi sekutu NATO," imbuhnya menekankan.
Pernyataan Stoltenberg itu disampaikan ketika melakukan pembahasan mengenai masa depan NATO dalam 10 tahun mendatang. Di mana aliansi Barat yang sudah terbentuk pasca Perang Dunia II tersebut muncul untuk melawan Uni Soviet.
Meski Uni Soviet kenyataannya sudah bubar, namun Rusia sebagai sisa perjuangannya masih tetap ada. Di samping itu, China muncul sebagai kekuatan ekonomi dan militer yang besar. Lebih mengancam lagi karena China memiiki kedekatan dengan Rusia.
Dalam pernyataannya, Stoltenberg juga menggemakan bagaimana peran Amerika Serikat (AS) mulai bergeser dan diambil alih oleh China.
Sebelum Donald Trump yang digadang-gadang dekat dengan Rusia menjabat sebagai presiden, AS sudah menyatakan diri untuk memulai Abad Pasifik.
Namun setelah Trump menjabat, AS mulai kehilangan pengaruh. Bahkan hubungan AS dengan Jerman yang di mana keduanya sekutu NATO mulai memburuk. Trump dilaporkan telah memutuskan untuk menarik sekitar 10.000 tentara dari pangkalan Jerman.
"Ini bukan hanya tentang Jerman," tegas Stoltenberg.
"Setelah berakhirnya Perang Dingin, kami melihat AS secara bertahap mengurangi kehadiran militernya di Eropa. (Tetapi) selama beberapa tahun terakhir, kami telah benar-benar melihat peningkatan kehadiran AS di Eropa lagi," katanya, merujuk pada batalion pencegah Rusia di daerah Baltik, serta penyebaran AS lainnya di Polandia, Rumania, dan Spanyol.
Di tengah kebangkitan China, Stoltenberg juga menekankan bahwa Rusia asih menjadi ancaman besar bagi Barat.
"Kami telah melihat Rusia bersedia menggunakan kekuatan militer terhadap tetangga," katanya, merujuk pada serangannya terhadap Ukraina.
"Mereka (Rusia) sekarang juga sedang meluncurkan rudal baru yang disebut SSC-8, rudal yang dapat mencapai kota-kota Eropa, (dan])mengurangi ambang batas untuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir dalam konflik bersenjata," tambahnya.
Di samping itu, Stoltenberg juga memperingatkan, poros China-Rusia sangat aktif di bidang disinformasi. Keduanya, dikatakan Stoltenberg, kerap membuat propaganda dan memecah belah NATO.
"Kami telah melihat upaya Rusia dan China untuk, dengan cara, menyalahkan sekutu NATO atas keberadaan virus corona," ungkapnya.