Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Politik

Jokowi Bisa Dikudeta Dari Dalam? Pengamat Politik: Itu Masih Dugaan

JUMAT, 05 JUNI 2020 | 11:41 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Soal pernyataan Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens yang menyebut terbukanya peluang kudeta pemerintahan yang sah oleh kelompok opoisisi, dan aktivis Haris Rusly Moti justru berpandangan sebaliknya dengan menyebut kemungkinkan terbuka peluang kudeta dilakukan oleh faksi di internal, dinilai masih sebatas asumsi.

Begitu kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (5/6).

"Soal faksi-faksi. Dimanapun pasti ada faksi. Dan apakah ada faksi diinternal pemerintah ada yang mau goyang Jokowi itu kan masih dugaan," kata Ujang Komarudin.

Pengamat politik jebolan Universitas Indonesia (UI) ini menilai akan sulit jika dugaan kudeta dilakukan oleh pihak-pihak internal maupun kelompok oposisi seperti yang diprediksi dua orang aktivis di atas. Apalagi disebutkan seperti kejatuhan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

"Jokowi itu punya banyak intel. Tentu punya banyak informasi. Dan Jokowi sudah banyak belajar dari kasus kejatuhan Gus Dur," kata Ujang Komarudin.

Hal itu terbukti dengan mampu bertahannya Jokowi yang pada periode pertama dikabarkan akan dikudeta namun tidak terjadi. Artinya, potensi kudeta untuk konteks kekinian tersebut masih sebatas dugaan dan prediksi semata.

"Di periode pertama Jokowi juga pernah ada isu, kepemimpinan Jokowi tak akan sampe dua tahun. Tapi nyatanya Jokowi masih bertahan hingga kini. Namanya juga isu. Bisa benar. Dan bisa juga salah. Gimana mau turunkan Jokowi, parlemen saja hampir full dikuasai Jokowi," tuturnya.

"Tak ada opisisi di negeri ini. Walaupun PKS mengaku sebagai oposisi. Buktinya ketika revisi UU KPK disahkan. Tak ada oposisi. Jadi tak mungkin dilakukan oposisi. Dan sulit juga dilakukan oleh faksi di pemerintah. Pasti Jokowi juga tahu. Dan pasti akan dikerjai Jokowi," demikian Ujang Komarudin menambahkan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya