Berita

Foto: @HKokbore

Dunia

Ilshat Kokbore: Uighur, Tibet, Hongkong Juga Tidak Bisa Bernafas

SENIN, 01 JUNI 2020 | 22:57 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

Amerika Serikat sedang diguncang kemarahan rakyat menyusul kematian George Perry Floyd akibat penyiksaan yang dilakukan polisi.

Menyusul peristiwa itu, aksi protes yang diikuti pengrusakan dan bentrokan antara demonstran dengan polisi terjadi di banyak kota. Aksi protes juga dilakukan di depan Gedung Putih di Washington DC.

George Flyod, seorang pria kulit hitam dari Houston, Texas, tewas di Minnesota, Minneapolis, hari Senin lalu (25/5). Ia tewas setelah anggota Kepolisian Minneapolis, Derek Michael Chauvin, menekan lehernya dengan menggunakan lutut.


Presiden Asosiasi Uighurs di Amerika Serikat, Ilshat H. Kokbore, dalam twit di akun pribadi @HKokbore mengingatkan bahwa peristiwa yang dialami George Flyod juga kerap terjadi terhadap warga Uighur di China.

Dalam twitnya itu, Ilshat Kokbore mengunggah rekaman video amatir yang memperlihatkan seorang polisi China sedang menindih seorang wanita Uighur di atas kursi. Sang polisi juga terlihat marah saat mengetahui aksi brutalnya itu direkam.

“She can’t breathe,” tulis Ilshat Kokbore.

“Semua rakyat China tidak dapat bernafas. Bangsa Uighur yang berada di kamp konsentrasi, di dalam penjara,  dalam kerja paksa, mereka semua tidak bisa bernafas. Bangsa Tibet tidak dapat bernafas. Hongkong tidak dapat bernafas,” sambungnya.

Di sisi lain, pihak Republik Rakyat China tampaknya memanfaatkan kemarahan rakyat Amerika Serikat itu untuk menekan pemerintahan Donald Trump.

Selain menurunkan berita mengenai peristiwa tragis itu, Kantor Berita Xinhua melalui akun Twitter @XHNews, misalnya, juga menggarisbawahi rasialisme yang masih mewarnai Amerika Serikat.

“I can’t breathe.” Begitu tulis akun itu dalam salah satu twitnya. Itu adalah kutipan dari kalimat yang diucapkan George Flyod ketika anggota

Dalam twit yang sama sekitar satu jam lalu, Xinhua menyertakan sebuah klip berdurasi 2 menit 20 detik berisi potongan berbagai peristiwa yang memperlihatkan sikap brutal polisi Amerika Serikat saat menangani warga kulit hitam.  

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya