Berita

Sejumlah pedagang sayur di Ngawi tolak jalani rapid test karena tidak ada jaminan pemerintah untuk menanggung kehidupan keluarganya jika dia dinyatakan reaktif dan harus diisolasi/RMOLJatim

Kesehatan

Tak Ada Jaminan Dari Pemerintah, Pedagang Sayur Keliling Tolak Lakukan Rapid Test

SENIN, 01 JUNI 2020 | 17:46 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Pemerintah Kabupaten Ngawi harus bekerja keras untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona baru (Covid-19) di masyarakat melalui rapid test massal. Pasalnya, masih saja ada kekurangpahaman di masyarakat, bahkan kekhawatiran, soal penanganan virus corona ini.

Pemkab Ngawi memang menyasar seluruh kalangan masyarakat untuk diperiksa kondisinya melalui rapid test. Termasuk menyasar para pedagang di pasar yang memang punya risiko besar terpapar.

Sayang, upaya Pemkab Ngawi tidak semuanya digubris oleh para pedagang pasar yang notabene pedagang sayur keliling.


Bahkan sebagian pedagang sayur memilih untuk menolak mengikuti rapid test. Alasannya bervariasi. Namun, terutama takut mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, khususnya para pelanggan mereka.

“Kalau seperti saya ini mengikuti rapid test dan hasilnya nanti positif (reaktif, red), takut kehilangan mata pencaharian. Sebab di sisi lain warga masyarakat selaku konsumen nantinya takut membeli dagangan saya dan belum lagi pasti disuruh isolasi. Terus siapa yang menanggung hidup keluarga saya?” ucap Fahmi, seorang pedagang sayur keliling asal Ngawi, Senin, (1/6), dikutip Kantor Berita RMOLJatim.

Lanjut Fahmi, sebenarnya dia mau mengikuti rapid test, selama ada jaminan dari pemerintah apabila hasilnya reaktif. Misalkan, selama melakukan isolasi mandiri 14 hari ada subsidi dari pemerintah untuk keluarganya.

Karena, sebagai tulang punggung keluarga, dirinya jelas tidak bisa beraktivitas apabila mengikuti rapid test dan hasilnya reaktif lalu diisolasi.
Untuk diketahui, berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Kantor Berita RMOLJatim, kegiatan rapid test yang menyasar para pedagang pasar di Ngawi ditargetkan 7.388 orang. Jumlah tersebut berasal dari 19 pasar milik pemerintah daerah setempat.

Hanya saja, sampai sekarang ini ternyata baru menyasar 2.742 pedagang pasar. Hasilnya, tercatat ada 76 orang pedagang pasar yang reaktif virus.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya