Berita

Hikmahanto Juwana/RMOL

Dunia

Hikmahato: Masalah Palestina Kompleks, Selalu Ada 'Tangan-Tangan' Untuk Memecah Belah

KAMIS, 21 MEI 2020 | 15:06 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Persoalan mengenai Palestina kembali mencuat setelah Israel mengumumkan rencananya untuk menganeksasi Tepi Barat yang diduduki. Namun untuk menyelesaikan masalah Palestina cukup sulit dan lama karena begitu kompleks.

Pasalnya, dikatakan oleh Gurubesar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana, persoalan Palestina tidak semata masalah hukum, namun juga berkaitan dengan politik internasional, sosial, dan bahkan ekonomi.

"Kalau kita berbicara Palestina untuk menjadi negara merdeka, maka ada bayang-bayang Amerika Serikat bagi penyelesaian bagi bangsa Palestina," ujarnya dalam webinar ICC Jakarta dan IJABI pada Kamis (21/5).


"Kalau kita lihat AS, kita juga harus lihat di dalamnya ada dua partai yang saling berkompetisi untuk memperebutkan kekuasaan, yaitu Demokrat dan Republik," tambahnya.

Jika AS dipimpin oleh Republik, pada dasarnya akan lebih agresif seperti saat ini ketika dipimpin oleh Donald Trump. Misalnya dengan memindahkan kedutaannya ke Yerusalem yang menyalahi resolusi Dewan Keamanan PBB dan pandangan masyarakat internasional.

Meski begitu, Hikmahanto mengungkapkan, baik Demokrat maupun Republik akan tetap mendukung Israel sebagai sebuah negara.

Selain itu, masalah Palestina juga diperburuk dengan pecahnya persatuan internal, dengan adanya Fatah dan Hamas, serta lemahnya soliditas Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

"Seandainya OKI ini solid, maka bisa saja jadi kekuatan penanding bagi kekuatan-kekuatan seperti AS. Sayangnya menurut saya, soliditas OKI masih cair dan belum terbentuk," ujar Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani tersebut.

"Dan kalau terbentuk, ada tangan-tangan yang kita tidak tahu dari mana muncul untuk memecah belah soliditas Islam, devide et impera (politik pecah belah)," imbuhnya.

Indonesia sendiri, dijelaskan oleh Hikmahanto, sejak awal berdiri, selalu memperjuangkan rakyat Palestina. Alasan tersebut sesuai dengan UUD 1945 dan sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.

Namun, karena posisi eknomi maupun militer yang tidak sebanding, maka Indonesia tidak bisa berbuat banyak.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya