Berita

Ekonom senior Didik J Rachbini/Net

Politik

Didik J Rachbini: Kebijakan Sudah Ditanggapi Terserah, Harus Hati-hati Pemerintah

RABU, 20 MEI 2020 | 05:29 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Wacana pelonggaran sudah membawa dampak PSBB semakin tidak disiplin dan mengarah kepada ketidaktaatan dalam kebijakan dan peraturan pemerintah.

Setidaknya demikian pandangan ekonom senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini melihat dinamika terkini mengenai pembatasan sosial yang diterapkan demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Menurut Didik, ketidaktaatan masyarakat dalam mengindahkan peraturan tak lain karena buruknya komunikasi pemerintah.

"Komunikasi yang kurang baik bahkan kacau dari pejabat pemerintah, mulai dari awal penghindaran dan menolak (denial) terhadap Covid. Komunikasi blunder sangat banyak sekali," kata Didik dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Selasa (19/5).

Ia mencontohkan beberapa buruknya komunikasi pemerintah, seperti di antaranya istilah nasi kucing, anjuran meminum susu kuda liar dari Wakil Presiden Maruf Amin, hingga pemaknaan mudik dan pulang kampung ala Presiden Joko Widodo.

"Potensi kegagalan suatu kebijakan publik sudah terjadi di awal ketika komunikasi seperti ini salah kaprah, sehingga kebijakan tidak efektif. Hasil dari kebijakan tersebut terlihat saat ini di mana terjadi kebingungan publik di tengah simpang siur kebijakan yang tidak konsisten," uranya.

Oleh sebab itu, ia mewanti-wanti kepada pemerintah untuk berhati-hati dan bertanggung jawab dalam rencana pelonggaran pembatasan sosial yang mulai ditanggapi enteng oleh publik.

"Kebijakan yang ditanggapi terserah saja oleh publik dan masyarakat luas. Ini sebagai pertanda tidak percaya dan pasrah terhadap keadaan. Jika tidak hati-hati, bukan tidak mungkin pandemik akan memakan korban lebih banyak lagi," tandas Ketua Dewan Pengawas Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) ini.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya