Berita

Salah satu rumah sakit di Kuba/Net

Kesehatan

Bukan Covid-19, Angka Kematian Di Kuba Justru Lebih Banyak Berasal Dari Penyakit Tidak Menular

SENIN, 18 MEI 2020 | 14:12 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Angka kematian di Kuba ternyata lebih banyak didominasi oleh pasien dengan penyakit tidak menular. Dalam empat bulan pertama tahun ini, puluhan orang tewas karena penyakit tidak menular, kondisi yang sama dengan periode yang sama pada 2019, menurut para pakar di Pusat Pers Internasional.

"Penyebab utama kematian adalah masalah jantung, tumor ganas, penyakit pembuluh darah otak, dan influenza, serta kecelakaan lalu lintas," ujar Direktur Nasional Epidemiologi, Francisco Durán, seperti dikutip dari Prensa Latina, Senin (18/5).

Jadi justru bukan Covid-19. Jumlah kematian seperti itu di kuartal ini bukanlah peningkatan yang signifikan, dan Covid-19 tidak termasuk di dalamnya.

Dia menyarankan penduduk untuk menghindari kebiasaan higienis-sanitasi yang buruk. Juga menghindari rokok, minuman beralkohol yang berlebihan, penyalahgunaan garam, gula dan lemak, untuk makan makanan yang sehat dan melakukan latihan secara sistematis.

Pandemik dan langkah-langkah pencegahan tidak membuat kita kehilangan aktivitas sebagaimana biasa, seperti olah raga misalnya, tetap bisa dilakukan di dalam rumah.

Lalu bagaimana dengan seseorang yang terduga terkena Covid-19 lalu ia juga punya penyakit lain, seperti DBD, misalnya. Durán menjawab bahwa itu akan menjadi agak kompleks karena yang pertama dan yang kedua sudah memiliki karakteristik dan komplikasinya dalam tubuh manusia.

Sebelumnya, orang yang paling bertanggung jawab atas Epidemiologi di Kuba ini menekankan bahwa di negara itu ada lebih banyak kasus medis lain daripada kasus Covid tu sendiri.

Hal yang cukup melegakan, angka kesembuhan pasien virus corona mencapai 1.495 pulih, angka kematian mecapai 79, dan selama empat hari berturut-turut tidak ada angka kematian baru.

Duran mengatakan saat ini sebanyak 296 kasus tercatat dengan penyakit lain, Dari 10 kasus yang dikonfirmasi, lima adalah wanita dan jumlah pria yang sama, dan semuanya adalah orang Kuba, kata ahli tersebut.

Pada saat ini, ia menambahkan, seribu 48 orang dirawat di pusat perawatan kesehatan untuk studi klinis-epidemiologis mereka.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya