Berita

Didik J. Rachbini/Net

Politik

Survei Indef: 89 Persen Percakapan Berikan Sentimen Negatif Atas Aturan Khusus Penghinaan Presiden

MINGGU, 17 MEI 2020 | 22:43 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Aturan khusus penghinaan presiden di tengah masa pandemik Covid-19 menjadi perbincangan yang paling disorot publik dengan mayoritas memberikan sentimen negatif.

Hal itu diketahui berdasarkan data riset big data bertajuk “Kebijakan Covid-19” yang digelar Indef-Datalyst Center pada 27 Maret hingga 9 April.

Aturan khusus penghinaan presiden merupakan kebijakan yang tidak relevan di saat pandemik Covid-19. Namun, kebijakan ini menjadi sorotan publik yang diperbincangkan di media sosial.

Percakapan publik soal aturan penghinaan terhadap presiden, jumlahnya mencapai 15,5 ribu percakapan. Aturan tersebut mendapat tantangan keras sebagai cerminan warganet tidak setuju karena kebijakan tersebut dianggap anti demokrasi dan otoriter.

"Dari 15,5 ribu ada 89 persen percakapan dengan sentimen negatif terhadap kebijakan ini. Isu percakapan pemerintah alergi kritik merupakan percakapan yang paling populer dan paling sering diperbincangkan," ucap peneliti senior Indef, Didik J. Rachbini, Minggu (17/5).

Selain pemerintah seperti alergi kritik, isu yang juga hangat diperbincangkan ialah bahwa kritik merupakan hak rakyat terhadap pemerintah.

Sehingga, pasal penghinaan presiden di tengah Pandemik tidak relevan, aturan khusus tersebut memicu pelanggaran kebebasan berpendapat dan isu soal tukar guling aturan penghinaan presiden dengan darurat sipil.

"Pada saat yang sama ada sebagian dari 15 ribu percakapan tersebut yang menganjurkan kritik harus sopan, juga merupakan percakapan paling populer dengan skor 1.0," jelasnya.

Secara total survei ini melibatkan hampir setengah juta percakapan atau 476.000 percakapan dengan jumlah akun/orang mencapai 397,2 ribu orang. Buzzer yang melakukan percakapan berulang-ulang dihilangkan untuk meningkatkan obyektivitas dari riset big data ini.

Setelah data terkumpul dengan kata kunci, maka peneliti Indef-Datalyst Center, melakukan berbagai penyaringan. Salah satunya analisis sentimen menggunakan metode Aspect-based Sentiment Analysis.

Analisis ini berguna mengetahui tendensi (sentiment) dari suatu pembicaraan terhadap masing-masing objek yang dianalisis (aspect-based).

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya