Berita

Gurubesar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Abdurachman/Net

Publika

Konsep Sehat Atasi Pandemik

JUMAT, 15 MEI 2020 | 08:45 WIB

“KETIKA kuketuk pintu-Mu lama… tidak terbuka, setelah terbuka baru aku sadar bahwa aku mengetuknya dari dalam,” Jalaluddin Rumi.

Ada empat orang buta membuat ilustrasi tentang gajah. Seorang yang memegang telinga berujar bahwa gajah luas seperti permadani terhampar. Teman yang memeluk kaki menyebut gajah seperti pohon besar, yang memegang belalai meyerupakan gajah dengan pipa. Sedang yang memegang tubuh memiliki gambaran lain lagi.

Intinya keempat orang tersebut memiliki persepsi yang tidak sama, walau sejatinya yang digambarkan adalah sama, gajah.

Dapat dibayangkan ketika tak ada satu pun orang yang mampu melihat gajah dengan sempurna, sehingga tidak bisa memberikan penjelasan tentang gajah dengan baik, bisa terjadi pertentangan yang mengerucut ke arah pertikaian. Apalagi satu dan yang lain tak ada satu pun yang mau mengalah.

Belakangan, orang yang terbuka matanya disebut orang bijak atau filusuf. Sedangkan keempat orang yang belum sempurna melihat terang dan jelas adalah gambaran para ilmuwan yang belum masuk ranah filusuf.

Lalu apa kaitannya dengan konsep sehat? Hanya ada satu konsepkah di dunia ini atau ada yang lain?

Secara empiris dunia medis mengenal paling tidak tiga konsep sehat; Barat, Timur dan Islam. Walau yang biasa dipakai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah konsep sehat secara Barat.

Konsep sehat medis Barat mengacu kepada konsep WHO ialah: “Keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.

Konsep sehat yang cukup panjang dan masih membutuhkan banyak penjelasan ini kemudian diterjemahkan ke dalam berbagai nilai indikator hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan darah; komponen darah, fungsi ginjal, fungsi liver, kadar asam urat, kadar kolesterol dll. Juga pemeriksaan Ultrasonography (USG), Electrocardiography (EKG), Foto Rontgën, Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), Magnified Resonance Imaging (MRI), dan lain-lain.

Nilai-nilai yang dianggap normal diambil dari nilai pukul rata statistik. Nilai-nilai ini untuk berbagai negara di dunia ada sedikit-banyak perbedaan.  

Konsep medis Timur, sehat adalah seimbang (dinamis), biasa digambarkan dengan lambang lingkaran Yin-Yang. Semakin tidak seimbang semakin sakit. Jika lengan bisa ditekuk dan diluruskan pada sendi siku dengan daya yang sama maka dinilai seimbang, sehat. Jika berbeda maka kurang sehat.

Jika perut terasa lapar saat badan benar-benar memerlukan makan disebut sehat, jika badan belum butuh makan tapi sudah timbul keinginan makan, itu indikasi tidak seimbang (sakit).

Lapar-kenyang dikendalikan oleh sistem saraf otonom yang ada sepasang, simpatis dan para simpatis. Jika sistem saraf ini bekerja seimbang maka sehat, jika sebaliknya, sakit. Rasa lapar padahal badan belum butuh makan, itu disebabkan aktifitas parasimpatis yang berlebih. Ini didapatkan pada orang yang perasaannya para-di luar-simpatis, mudah mengeluh, pesimis, sering cemas, serta perasaan negatif yang lain.

Konsep Islam, sehat adalah sehat qalbu. Qalbu yang sehat ditunjukkan oleh seluruh aktifitas fisik yang bernilai baik. “Alaa fil jasadi al-mudlghah, faidzaa sholuhat sholuhat jasadu qulluh, wa idzaa fasadat fasadat jasadu kulluh, alaa wahiya al-qalb”. Bukankah di dalam tubuh ini ada segumpal daging, yang bila ia baik (sehat) maka baiklah seluruh jasad, jika ia buruk (sakit) maka buruklah seluruh jasad, bukankah ia adalah qalbu?

Sementara para pakar Islam memaknai qalbu ini dengan hati jiwa. Sehingga qalbu yang sehat adalah jiwa yang baik, sedangkan sakit adalah jiwa yang buruk. Sesuai dengan konsep ini, semakin baik jiwa seseorang, ia semakin sehat. Demikian sebaliknya.

Sesuai konsep Islam, semakin baik qalbu seseorang ia semakin sehat. Orang yang paling sehat qalbunya adalah orang yang paling taqwa.

Orang yang memiliki tingkat taqwa yang tinggi, aktivitas simpatis dan parasimpatisnya sangat seimbang. Tingkat keseimbangan yang tinggi pada sistem saraf ini menghadirkan manusia-manusia penyabar, tidak emosional, dan tenang dalam seluruh keadaan. Ketenangan yang mengandung makna kemantapan, karena menguasai ilmunya dan tahu cara penanganan yang terbaik.

Mereka sangat tawakkal (total surrender), artinya orang yang memiliki ketawakkalan yang tinggi adalah orang yang paling pasrah kepada Tuhan.

Pasrah dalam tawakkal bukanlah penyerahan diri tampa usaha, tetapi kepasrahan yang bermakna tunduk patuh sempurna kepada bimbingan dan petunjuk Tuhan. Di dalam Islam disebut sebagai Islam yang kaffah, muslim yang sempurna.

Tekanan darah orang yang memiliki tingkat ketawakkalan tinggi ini normal. Hampir tidak satu pun penyakit menghinggapinya. Jika pun mereka harus sakit, penyakit tersebut tidak sampai mengganggu keseimbangannya, ketawakkalannya.

Nabi Ayyub as. pernah menderita sakit. Beliau tetap bersyukur, beribadah sempurna kepada Allah swt. Bahkan tak sekali pun baliau mengeluh, walau sakitnya bukan sakit yang pernah diderita satu pun manusia bumi, sakit yang tak tertandingi. Inilah yang kemudian disebut sakit sebagai cobaan bukan sakit akibat perbuatan yang keliru. Sakit demikian merupakan ujian dari Tuhan untuk meningkatkan kualitas taqwa seseorang.

Dalam sakit yang sangat lama Nabi Ayyub as. tetap tenang. Secara fisik, keseimbangan simpatis dan parasimpatis yang bermanifestasi ketenangan yang sempurna ini ditunjukkan oleh tekanan darahnya yang normal, tidak menderita darah tinggi apalagi sakit jantung. Jumlah rata-rata tarikan dan hembusan nafasnya permenit normal. Tidak menderita gangguan lambung, aktivitas insulinnya normal, tidak ada diabetes mellitus. Pendek kata seluruh indikator medis secara kuantitatif (medis Barat) normal.

Orang demikian secara Islam disebut sehat, secara medis Timur disebut seimbang, dan secara medis Barat memiliki nilai normal dari seluruh hasil pemeriksaan laboratorium.

Kesehatan paripurna demikian sangat diperlukan untuk atasi pandemik.

Abdurachman

Gurubesar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair)

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya