Berita

Sebagian massa yang unjuk rasa di depan Pengadilan Georgia/Net

Dunia

Mantan Polisi Menembak Seorang Anak Kulit Hitam Yang Tidak Bersalah, Penundaan Penahanannya Memicu Aksi Protes Warga

SABTU, 09 MEI 2020 | 13:10 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Ratusan massa berkumpul di depan gedung pengadilan Georgia, Jumat (8/5). Mereka mengecam aksi pembunuhan dengan penembakan yang dilakukan oleh dua orang kulit putih terhadap seorang remaja kulit hitam. Massa merasa marah karena proses penahanan pelaku ini dianggap berlarut larut.

Biro Investigasi Georgia (GBI) menangkap pelaku, seorang mantan perwira polisi bernama Gregory McMichael, 64 tahun, dan putranya Travis, 34 tahun, pada hari Kamis. Keduanya dituduh melakukan penyerangan terhadap  Ahmaud Arbery, 25 tahun, pada 23 Februari di kota pesisir Georgia, Brunswick.

Arbery ditembak dua kali hingga tewas saat sedang jogging di Brunswick, hari itu.

Dari laporan polisi, Gregory McMichael, mantan polisi,  mengatakan ia melihat Arbery dan menyangkanya mirip dengan tersangka serangkaian perampokan rumah.

Gregory dan anaknya lalu mengambil senjata dan mengejarnya dengan mobil truk mereka. Keduanya kemudian meminta Arbery berhenti karena mereka ingin bicara. Namun, Arbery malah menyerang Travis sehingga Travis  terpaksa menembaknya hingga jatuh.

Rekaman video, yang muncul di media sosial, menunjukkan Arbery jogging menyusuri jalan dua jalur yang sempit dan di sekitar truk pickup putih McMichaels, yang berhenti di jalur kanan dengan pintu pengemudi terbuka.

Ketika Arbery menyeberang kembali di depan truk, sebuah tembakan ditembakkan. Arbery kemudian terlihat berjuang dengan seorang pria memegang senjata panjang ketika orang kedua berdiri di tempat tidur truk mengacungkan revolver. Dua tembakan lagi terdengar sebelum Arbery tersandung dan jatuh menghadap ke aspal.

Gambar yang direkam oleh seorang warga lain memperlihatkan ayah dan anak McMichael menunggu Arbery, yang berlari ke arah mereka, di hari yang terang, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (9/5).

Dalam video 36 detik yang direkam dari sebuah kendaraan yang berada di belakang mobil truk, terlihat seorang pria joging mendekati truk dari belakang.

Pria ini berusaha memutar, dan terlihat bersitegang dengan seorang pria yang membawa senapan. Lalu terjadi teriakan dan suara letusan senapan terdengar.

Ada pria kedua berdiri di bak truk. Pria ini lalu terlihat membawa senapan di sebelah pria pertama. Lalu Arbery menghilang dari gambar.

Biro penyelidik menyatakan ayah dan anak ini mengkonfrontir Arbery, dengan dua senapan terpisah, dan si anak yang menembak Arbery.

Ayah korban mengatakan kepada program PBS Newshour bahwa anaknya biasanya berolahraga di daerah itu setiap hari, dan ia tinggal di rumah ibunya di dekat situ.

"Saya tak tahu kenapa mereka mengeluarkan prasangka rasial kepadanya dan membunuhnya seperti itu. Yang ia lakukan hanya berolahraga untuk menyehatkan badannya sendiri, karena ia punya cita-cita yang ia kejar, kata Marcus Arbery.

"Kini mimpinya musnah. Mereka membunuhnya dengan sia-sia."

Sehubungan dengan sangkaan anaknya terlibat dalam perampokan, Marcus Arbery mengatakan itu tidak benar.

"Bohong!" katanya. "Video itu bicara sendiri, lihat, eksekusi yang mereka lakukan!"

Pengacara keluarga, Benjamin Crump, mengatakan rekaman video itu memperlihatkan "eksekusi yang mengerikan".

Yang menyedihkan dan kemudian memicu aksi protes warga adalah, Gregory McMichael tidak ditindak karena ia pernah bekerja sebagai polisi dan detektif di kejaksaan lebih dari 30 tahun.

Mereka bersembunyi bahwa tindakan mereka itu sesuai dengan hukum, yaitu "penangkapan oleh warga negara yang berlaku di Georgia".

Aksi massa pun terjadi. Sejak peristiwa di Februari itu hingga saat ini tidak ada perlakukan hukuman. Warga marah. Sesudah video ini disiarkan, banyak suara yang menyerukan agar tindakan dilakukan kepada ayah dan anak ini.

Lebih dari 100 orang ikut serta dalam protes di kota kecil itu sejak beberapa hari lalu.

Seorang pengacara distrik, yang ditunjuk untuk menangani kasus ini setelah dua jaksa penuntut lainnya mengundurkan diri karena hubungannya dengan Gregory, mengatakan pada hari Rabu bahwa ia akan meminta dewan juri wilayah untuk memutuskan apakah kedua orang itu harus menghadapi tuntutan.

Reuters menulis,  banyak kasus serupa yang akhirnya tidak mendapatkan penanganan, menunjukkan kurangnya akuntabilitas polisi atas pertemuan kekerasan dalam masyarakat.

Gerakan "Black Lives Matter" dipicu oleh pembunuhan remaja kulit hitam Trayvon Martin oleh warga sipil George Zimmerman di Florida pada tahun 2012 lalu, telah menjadi sangat terkait dengan kritik terhadap kepolisian yang terlalu agresif, terutama terhadap orang kulit hitam.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya