Gurubesar FK Unair, Abdurachman/Net
KETIKA penyakit serius tiba-tiba lenyap begitu saja seperti tersapu angin, tidak jarang orang berpikir bahwa keajaiban telah terjadi. Namun, peristiwa ini menunjukkan kekuatan penyembuhan luar biasa dari hal-hal yang biasa, lantaran pemicunya adalah hal sederhana seperti doa.
Itulah gambaran Larry Dossey seorang pakar penyakit dalam Amerika Serikat, mantan Kepala Staf di Medical City Dallas Hospital. Dossey lebih sepuluh tahun menjadi pimpinan redaksi dua jurnal ilmiah internasional terkenal, Alternative Therapies in Health and Medicine dan Explore: The Journal of Science and Healing.
Berita kesembuhan tak terduga dalam jurnal profesional umumnya menihilkan faktor emosional, psikologis dan spiritual yang dialami pasien. Walau demikian, tak terhitung kajian medis moderen mulai mengiyakan peran emosional yang sangat signifikan.
Penelitian ekperimental yang dilakukan pada pasien pembuluh darah koroner, di ruang perawatan jantung Mid America Heart Institute (MAHI) menemukan bukti sehubungan dengan doa.
Penelitian dipimpin oleh William S. Harris PhD, spesialis jantung dari devisi kardiologi departemen penyakit dalam di Saint Luke's Hospital Amerika Serikat. Ia bersama timnya memperoleh temuan bahwa doa merupakan upaya efektif yang bisa ditambahkan untuk kesembuhan.
Temuan ini dipublikasikan di Journal of American Medical Association (JAMA) Internal Medicine (1999).
Istimewanya, penelitian ini dilakukan pada penderita penyakit koroner yang semestinya menempati peringkat kematian nomer satu di dunia.
Ilmu Kedokteran dan DoaDalam perkembangannya, ilmu kedokteran menggunakan metode yang digunakan dalam ilmu fisika yaitu metode sains. Metode ini dikembangkan Sir Isaac Newton (1642-1727) untuk menggelar ilmu moderen. Newton menggunakan faham absolutisme. Paham yang menyatakan bahwa fisik dan nonfisik berbeda mutlak.
Menariknya pada awal abad ke-20 dunia kedokteran diguncang oleh penemuan ultra moderen. Ialah penemuan rancangan materi cetak biru makhluk hidup Deoxyribonucleid acid (DNA) oleh Crick dan Watson.
Dua orang tokoh nobel kedokteran ini menggunakan dasar formula Einstein E= mC2 yang notabene menggunakan faham relativisme. Faham yang mengatakan bahwa fisik (m) dan nonfisik (E) adalah ekivalen. Artinya setiap ada fisik pasti mengandung nonfisik.
Paham relativisme mengharuskan fungsi fisik dan emosional berjalan seiring. Melalui paham ini, upaya fisik disebut usaha, upaya emosional juga usaha. Salah satu upaya emosional adalah harapan. Kalau harapan ini digantungkan kepada Tuhan disebut doa. Bukankah setiap orang yang melakukan upaya fisik ia selalu mengharapkan hasilnya?
Wabah di MesirBeberapa abad sebelum sekarang, di jaman Nabi Musa as. terjadi wabah berulang di negeri Mesir. Pada waktu itu Mesir dipimpin oleh Raja Firaun. Raja ini sangat menarik karena sampai mengaku diri sebagai Tuhan. Kekejaman yang dilakukannya melampaui batas. Memperbudak Bani Israil, membunuh anak-anak lelaki mereka dan membiarkan anak-anak perempuan mereka hidup. Berulangkali Nabi Musa meminta agar Beliau dibiarkan mengajak Bani Israil keluar dari Mesir.
Wabah diturunkan Tuhan demi mengingatkan Firaun atas kekeliruannya itu. Mulai dari wabah; taufan, belalang, kutu, katak dan darah. Akibat wabah belalang, seluruh tanaman menjadi gundul, bahkan satu bulir gandum pun tidak tersisa dari batang pohonnya.
Wabah darah, menjadikan seluruh sumber mata air menjadi darah. Akibat wabah katak, terekam dari sejarah bahwa ketika Fir’aun mau menyuap makanan ke mulutnya, katak terlebih dulu melompat menutup mulutnya.
Nabi Musa berulangkali mengingatkan kekeliruan Firaun. Nabi Musa meminta Firaun untuk membebaskan Bani Israil dari penganiyayaan yang tak berperikemanusiaan. Namun Firaun tidak menghiraukan.
Setiap kali Firaun dan para pendukungnya tidak mampu menghindarkan bencana, ia memohon kepada Nabi Musa untuk menghalau segala wabah di masanya melalui berdoa kepada Tuhannya Nabi Musa.
Setiap kali Nabi Musa memohonkan doa dan setiap kali diselamatkan Tuhan, Firaun selalu kembali melampaui batas. Akhirnya ia dan seluruh balatentaranya dibinasakan Tuhan.
Kita sekarang sedang menghadapi pandemik Covid-19. Bukan suatu yang belum pernah dilakukan jika dalam meredam wabah manusia berdoa. Tetapi kisah Nabi Musa dan Fir’aun setidaknya menjadi alasan utama menguji kesungguhan kita berdoa.
Sebagaimana doa yang dilakukan Nabi Musa, marilah kita berdoa kepada Tuhan untuk segera melenyapkan wabah ini. Doa yang diiringi usaha yang sesuai.
Selain usaha fisik, kita optimalkan usaha nonfisik berupa kesiapan untuk melucuti sombong, angkuh, dan mau menang sendiri (egoisme). Kita berdoa sambil terus berusaha menggalang solidaritas universal, melalui jalan kasih sayang antara seluruh penduduk bumi, tanpa memandang engkau dari mana dan diriku siapa.
Bukankah kita sama di hadapan Tuhan sebagai hamba yang selalu membutuhkan-Nya. Untuk itu, mari kita semua selalu berdoa agar pandemik Covid-19 ini segera lenyap!
Abdurachman
Gurubesar FK Unair, yang juga takmir Masjid FK Unair