Siapa mengira di balik kecanggihan dunia modern saat ini negara Jepang masih menggunakan cara lama dalam pengiriman dokumen, bahkan dokumen penting seperti data-data virus corona.
Selama ini, kebanyakan orang-orang Jepang masih menggunakan fax untuk mengirimkan dokumen atau melaporkan data-data penting. Alasannnya, agar penerima memiliki data dalam bentuk fisik atau hard copy.
Lalu, penerima bisa langsung menandatangani atau memberikan stempel (hanko) pada dokumen yang diterima, untuk kemudian juga bisa lansung dikirim balik.
Mereka beranggapan hal itu lebih efisien ketimbang mengirim lewat email, di mana pembubuhan tanda tangan pun nyata terlihat.
Walau kebanyakan masyarakat Jepang tetap memilih cara klasik, di masa pandemik ini Perdana Menteri Shinzo Abe justru melupakan cara itu dan beralih ke teknologi internet, seperti dikutip dari
Reuters, Jumat (1/5).
Abe meminta para menteri agar mengikuti aturan pelaporan dan menyederhanakan prosedur yang terlalu bertele-tele khususnya dalam pelaporan virus Corona.
Kementerian Kesehatan Jepang pun mengganti pelaporan lewat mesin fax dengan sistem pelaporan online. Data pun bisa disampaikan dengan cepat.
Pada 10 Mei mendatang, semua pelaporan terkait virus corona dan yang terkait harus menggunakan online. Untuk institusi medis baru bisa memakai sistem baru tersebut secara luas, paling cepat, 17 Mei nanti.
"Sistem baru ini akan memberikan banyak manfaat untuk pusat medis dan mengefisiensikan pengumpulan data terkait virus Corona. Hal itu mulai dari kasus baru, pasien di rumah sakit, hingga kasus-kasus yang parah," pernyataan Kementerian Kesehatan.
Pertimbangan yang dipakai kementerian, tim tenaga medis membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan sistem baru. Di sisi lain, mereka juga masih disibukkan dengan penanganan pandemi virus Corona yang sudah memakan ratusan korban.
Jepang bisa disebut ketinggalan dalam hal ini, tetapi mereka cukup punya alasan.
Hingga berita ini ditulis, Jepang tercatat memiliki 14.088 kasus dan 430 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Untuk menekannya, Jepang berencana memperpanjang status darurat nasional selama sebulan per 6 Mei nanti.