Berita

PM Abe/net

Dunia

Jepang Masih Gunakan Mesin Fax Untuk Pelaporan Virus Corona

SABTU, 02 MEI 2020 | 13:22 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Siapa mengira di balik kecanggihan dunia modern saat ini negara Jepang masih menggunakan cara lama dalam pengiriman dokumen, bahkan dokumen penting seperti data-data virus corona.

Selama ini, kebanyakan orang-orang Jepang masih menggunakan fax untuk mengirimkan dokumen atau melaporkan data-data penting. Alasannnya,  agar penerima memiliki data dalam bentuk fisik atau hard copy.

Lalu, penerima bisa langsung menandatangani atau memberikan stempel (hanko) pada dokumen yang diterima, untuk kemudian juga bisa lansung dikirim balik.


Mereka beranggapan hal itu lebih efisien ketimbang mengirim lewat email, di mana pembubuhan tanda tangan pun nyata terlihat.

Walau kebanyakan masyarakat Jepang tetap memilih cara klasik, di masa pandemik ini Perdana Menteri Shinzo Abe justru melupakan cara itu dan beralih ke teknologi internet, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (1/5).

Abe meminta para menteri agar mengikuti aturan pelaporan dan menyederhanakan prosedur yang terlalu bertele-tele khususnya dalam pelaporan virus Corona.

Kementerian Kesehatan Jepang pun mengganti  pelaporan lewat mesin fax dengan sistem pelaporan online. Data pun bisa disampaikan dengan cepat.

Pada 10 Mei mendatang, semua pelaporan terkait virus corona dan yang terkait harus menggunakan online. Untuk institusi medis baru bisa memakai sistem baru tersebut secara luas, paling cepat, 17 Mei nanti.

"Sistem baru ini akan memberikan banyak manfaat untuk pusat medis dan mengefisiensikan pengumpulan data terkait virus Corona. Hal itu mulai dari kasus baru, pasien di rumah sakit, hingga kasus-kasus yang parah," pernyataan Kementerian Kesehatan.

Pertimbangan yang dipakai kementerian, tim tenaga medis membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan sistem baru. Di sisi lain, mereka juga masih disibukkan dengan penanganan pandemi virus Corona yang sudah memakan ratusan korban.

Jepang bisa disebut ketinggalan dalam hal ini, tetapi mereka cukup punya alasan.

Hingga berita ini ditulis, Jepang tercatat memiliki 14.088 kasus dan 430 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Untuk menekannya, Jepang berencana memperpanjang status darurat nasional selama sebulan per 6 Mei nanti.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya