Berita

Foto: Repro

Publika

Sebab Presiden Membedakan Mudik Dari Pulang Kampung

KAMIS, 23 APRIL 2020 | 21:18 WIB

PRESIDEN, dalam dialog dengan Najwa Shihab tentang strategi mitigasi pandemi, mengatakan "mudik" dan "pulang kampung" adalah dua hal berbeda.

"Mudik", kata Presiden, adalah mobilitas penduduk Ibu Kota ke daerah dalam rangka hari raya. Jadi "mudik" ini merujuk pada kelas menengah yang sudah bermigrasi ke Jakarta.

"Pulang kampung", sebaliknya, menunjuk pada penduduk pendatang, yakni penduduk miskin kota, yang pulang ke daerah asal karena di Jakarta kehilangan pekerjaan.


Dalam mitigasi pandemi, dua jenis mobilitas yang dimaksud Presiden tersebut  sama-sama beresiko memperluas penularan virus. Lagi pula, secara leksikal, dua hal itu sebenarnya menunjuk pada mobilitas yang sama, yakni berpindahnya penduduk dalam suatu waktu dari Ibu Kota ke daerah. Itu sebabnya, penjelasan Presiden lalu jadi terasa kosong dan menggelikan.

Namun Presiden dengan ungkapan itu sebenarnya menjelaskan sesuatu yang terlalu penting untuk sekadar kita tertawakan. Presiden sesungguhnya sedang menjalankan strategi politik keamanan yang menghalalkan segala cara.

Bagi Presiden, "mudik" harus dilarang lantaran mencegah kemungkinan penularan virus mengikuti mobilitas pemudik: dari Jakarta ke daerah dan dari daerah ke Jakarta.

Tapi "pulang kampung" justru harus diijinkan, bahkan didorong, untuk mengurangi konsentrasi rakyat miskin kota di Jakarta. Dengan cara itu, masalah dikeluarkan dari Jakarta. Berpindah ke daerah yang tiba-tiba harus menampung mereka dan menanggung potensi masalah sosial berikut resiko penyebaran virusnya.

Presiden mungkin diberitahu, kesulitan ekonomi di masa pandemi ini bisa memicu letupan sosial politik yang menantang kekuasaannya. Maka ia bergerak cepat mengantisipasi. Ia bukan saja berusaha mengisolasi Jakarta dari resiko lebih lanjut penyebaran virus. Serentak dengan itu, ia berusaha melindungi Istananya dari kemungkinan letupan sosial akibat rakyat kehilangan pekerjaan dan tak bisa makan.

Srategi Presiden jelas berhubungan dengan ketidakmampuan Pemerintah menanggung biaya finansial yang sangat besar dalam menghadapi pandemi dan akibat ekonominya. Implisit, itu disampaikan Presiden ketika menjelaskan mengapa ia memilih kebijakan PSBB -- bukan karantina wilayah atau lockdown.

Demikianlah mengapa Presiden membedakan "mudik" dari "pulang kampung". Dan dari situ kita bisa melihat cara berpikirnya. Masalahnya adalah kesehatan. Pendekatannya keamanan. Dasarnya ekonomi. Tujuannya melindungi kekuasaan.

Rachland Nashidik

Pemerhati politik

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya