Berita

Refly Harun/Net

Politik

Pemecatan Refly Harun Cermin Lemahnya Demokrasi Pemerintahan Jokowi

KAMIS, 23 APRIL 2020 | 10:33 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Tindakan Menteri BUMN, Erick Thohir yang memecat Refly Harun dari jabatan Komisaris Utama PT Pelindo I terus mendapat kritik dari sejumlah kalangan.

Salah satunya adalah pengamat kebijakan publik dari Center of Public Policy Studies (CPPS), Bambang Istianto, yang menilai keputusan Erick Thohir merupakan cermin kualitas demokrasi yang lemah, khususnya di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo kali ini.

"Kebijakan Menteri BUMN mencopot Refly Harun memiliki implikasi luas terhadap persepsi publik, tentang tata kelola pemerintahan yang demokratis," ungkap Bambang Istianto kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (23/4).

Lebih lanjut, lulusan S2 FISIP Universias Indonesia ini berpandangan bahwa Refly Harun kerap tampil kritis terhadap kebijakan pemerintah di muka publik. Padahal di satu sisi, dia telah menjabat sebagai Komut PT Pelindo, yang notabene berada di lingkaran pemerintah.

Sehingga, Bambang Istianto melihat sesuatu hal yang berbeda dari sosok pakar hukum tata negara itu. Sebab katanya, jika Refly Harun dibandingkan dengan Fadjroel Rachman yang diangkat sebagai Jurubicara Presiden, nampak satu sikap yang berbeda.

"Refly Harun meskipun sudah pada posisi yang nyaman, tetap masih bersuara kritis," ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, sosok penulis buku Potret Buram Politik Indonesia ini berkesimpulan, pecat-memecat yang ada di Kementerian BUMN telah menjadi suati kebiasaan yang salah dalam birokrasi pemerintah.

"Cara membungkam tokoh berpengaruh yang kritis terhadap pemerintah, cara membujuknya diberi posisi yang nyaman, seperti kedua tokoh di atas. Padahal, penyelenggaraan pemerintahan harus tunduk pada konstitusi yang berpegang azas demokrasi," sebut Bambang Istianto.

"Untuk itu, kontrol publik suatu keniscayaan. Tugas pakar memang memberikan kritik dan solusi terhadap apa yang dikerjakan pemerintah," tutupnya menambahkan.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya