Berita

China/Net

Dunia

Deplu AS: China Diam-diam Telah Lakukan Uji Coba Nuklir Di Bawah Tanah

KAMIS, 16 APRIL 2020 | 13:21 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Amerika Serikat kembali memantik api di tengah ketegangan hubungannya dengan China yang semakin tereskalasi saat pandemik.

Dilaporkan oleh Departemen Luar Negeri AS pada Rabu (15/4), China kemungkinan telah diam-diam melakukan uji coba nuklir di bawah tanah dengan tingkat rendah.

Temuan yang pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal ini diprediksi bisa memperkeruh hubungan AS dan China. Di mana saat ini AS menuding China yang bertanggung jawab atas pandemik virus corona baru (Covid-19).

Deplu melaporkan, AS khawatir adanya kemungkinan pelanggaran yang dilakukan oleh Beijing terhadap standar "hasil nol" untuk ledakan uji telah dipicu oleh kegiatan di lokasi uji coba nuklir Lop Nur China sepanjang 2019.

Hasil nol sendiri mengacu pada uji coba nuklir di mana tidak ada reaksi berantai dari bahan peledak yang dipicu oleh peledakkan hulu ledak nuklir.

Laporan tersebut juga menyoroti kurangnya transparansi Beijing termasuk dengan memblokir transmisi data dari sensor yang terhubung ke pusat pemantauan yang dioperasikan oleh badan internasional yang memverifikasi kepatuhan terhadap perjanjian yang melarang ledakan uji coba nuklir.

“Kemungkinan China mempersiapkan untuk mengoperasikan lokasi uji Lop Nur-nya sepanjang tahun, penggunaan ruang penahanan bahan peledak, aktivitas galian yang luas di Lop Nur dan kurangnya transparansi pada aktivitas pengujian nuklirnya meningkatkan kekhawatiran terkait kepatuhannya terhadap hasil nol standar," kata laporan yang dikutip dari Reuters itu.

Adapun dalam Traktat Larangan Uji Komprehensif (CTBT) 1996, dijelaskan apa saja yang harus dilakukan untuk memastikan keamanan senjata nuklir.

Dikatakan oleh jurubicara Organisasi CTBT, tidak ada gangguan dalam transmisi data dari lima stasiun sensor China sejak akhir Agustus 2019, menyusul gangguan yang dimulai pada 2018.

Hingga saat ini, Kedutaan China di Washington belum memberikan tanggapan atas laporan tersebut.

Dengan adanya laporan tersebut, seorang pejabat senior AS mengatakan, Presiden Donald Trump ingin China untuk bergabung bersama dengan AS dan Rusia dalam perjanjian pengendalian senajata yang menggantikan New START 2010 yang berakhir pada Februari.

Dalam New START, AS dan Rusia membatasi senjatanya dengan tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, level terendah dalam beberapa dekade, dan membatasi rudal dan pembom berbasis darat dan kapal selam yang mengantarkan mereka.

"Langkah dan cara pemerintah China memodernisasi simpanannya mengkhawatirkan, membuat tidak stabil, dan menggambarkan mengapa Tiongkok harus dimasukkan ke dalam kerangka kendali senjata global," kata pejabat senior yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut.

China diperkirakan memiliki sekitar 300 senjata nuklir. Namun, menolak proposal Trump untuk ikut dalam New START dengan alasan kekuatan nuklirnya adalah bentuk pertahanan dan tidak menimbulkan ancaman.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya