Berita

Dradjad Wibowo ragukan efektivitas dan manfaat Kartu Prakerja/Net

Politik

Soal Kartu Prakerja, Dradjad Wibowo: Saya Sangsi Program Tersebut Efektif Dan Bermanfaat

RABU, 15 APRIL 2020 | 09:22 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Ekonom senior, Dradjad Wibowo, angkat bicara mengenai program Kartu Prakerja yang digelontorkan pemerintah melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Politikus Partai Amanat Nasional ini dengan tegas meragukan program tersebut bisa tepat sasaran. Termasuk bisa memberi manfaat bagi para peserta Kartu Prakerja.

“Soal kartu prakerja, dari sisi goodwill sebenarnya sudah oke. Tapi melihat rincian programnya, sebagai ekonom Indef saya menyangsikan program-program tersebut efektif dan bermanfaat,” ujar Dradjad kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (15/4).

Dradjad pun melihat ada ketidaksinkronan yang besar antara modul pelatihan yang ditawarkan dengan latar belakang peserta.

“Contohnya, modul 'Jago Presentasi dalam 90 menit'. Valuasinya Rp 250.000, jadi sudah memakan seperempat dari nilai Rp 1 juta manfaat program ini. Pertanyaannya, apa manfaat modul ini bagi jutaan pengemudi ojol dan tukang bangunan/konstruksi? Banyak lagi mismatches seperti ini,” bebernya.

Selain itu, berbagai modul keterampilan yang ditawarkan justru bisa dipelajari secara gratis melalui platform online seperti YouTube dan lainnya.

“Gratis lho! Cuma bayar kuota data saja. Contohnya modul tentang fotografi, memasak, desain, dan sebagainya. Di luar gratis, provider hanya mendapat dari iklan Google atau sumber lain yang kecil. Tapi begitu memakai dana APBN, nilainya Rp 250 ribu!” paparnya.

Dradjad juga mempertanyakan kenapa banyak sekali modul di dalam program ini yang mengajari orang berbisnis atau bekerja online. Menurut Dradjad, ini mimpi yang terlalu tinggi.

“Memangnya berapa proporsi orang yang sukses online? Saya tahu sendiri, banyak anak muda yang startup-nya tidak berkembang. Yang sukses bisa dihitung dengan jari. Padahal mereka lulusan perguruan tinggi top, bukan hanya di Indonesia tapi di dunia,” jelasnya.

“Apa mereka salah? Tidak. Faktanya memang sebagian bisnis online raksasa pun bleeding. Investornya tergolong orang-orang terkaya Indonesia. Bahkan ada yang harus menggerus keuntungan dari bisnis mereka yang lain,” tandasnya.

Populer

Pesawat Nepal Jatuh, Hanya Satu Orang yang Selamat

Rabu, 24 Juli 2024 | 15:16

Walikota Semarang dan 3 Lainnya Dikabarkan Berstatus Tersangka

Rabu, 17 Juli 2024 | 13:43

KPK Juga Tetapkan Suami Walikota Semarang dan Ketua Gapensi Tersangka

Rabu, 17 Juli 2024 | 16:57

Walikota Semarang dan Suami Terlibat 3 Kasus Korupsi

Rabu, 17 Juli 2024 | 17:47

KPK Bakal Audit Semua Rumah Sakit Telusuri Dugaan Fraud BPJS Kesehatan

Rabu, 24 Juli 2024 | 18:51

Kantor Rahim di Depok Ternyata Rumah Tinggal, Begini Kondisinya

Rabu, 17 Juli 2024 | 11:05

Duet Airin-Rano Karno Tak Terbendung di Pilkada Banten

Rabu, 17 Juli 2024 | 13:23

UPDATE

Sabotase Kereta Cepat Jelang Pembukaan Olimpiade Paris, PM Prancis: Ini Dilakukan Terencana

Sabtu, 27 Juli 2024 | 17:47

Banyak Hadiah Menarik Pertamina di Booth dalam Event GIIAS 2024

Sabtu, 27 Juli 2024 | 17:37

Kabar Deklarasi Anies-Zaki, Golkar: Hoax!

Sabtu, 27 Juli 2024 | 17:15

Ekonomi Lesu, Laba Industri China Justru Naik 3,6 Persen

Sabtu, 27 Juli 2024 | 17:07

Putri Suku Oburauw Catar Akpol: Saya Busur Panah untuk Adik-adik

Sabtu, 27 Juli 2024 | 16:58

Kuasa Hukum Dini: Hakim Persidangan Greg Tannur Berat Sebelah

Sabtu, 27 Juli 2024 | 16:35

Dimyati Masih Ngarep Golkar dan PDIP Gabung

Sabtu, 27 Juli 2024 | 16:10

Menyusul TNI, Polri Rotasi 6 Kapolda Jelang Pilkada

Sabtu, 27 Juli 2024 | 15:32

Masih Cair, Peluang Jusuf Hamka di Pilkada Jakarta Masih Terbuka

Sabtu, 27 Juli 2024 | 15:31

4 Pangdam Dirotasi Jelang Pilkada, Ajudan Jokowi jadi Pangdam Brawijaya

Sabtu, 27 Juli 2024 | 15:13

Selengkapnya