Berita

Fahmi Syahirul Alim dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir/Ist

Publika

Pandemik Covid-19 Dan Adaptasi Belajar Jarak Jauh

SENIN, 06 APRIL 2020 | 10:41 WIB

PADA awal Maret 2020 yang dicemaskan oleh bangsa ini akhirnya tiba, Presiden Joko Widodo mengumumkan secara langsung adanya dua orang di Indonesia yang positif terjangkit virus corona. Dan tidak lama setelah itu, pada 12 Maret 2020 WHO (World Health Organization) mengumumkan bahwa virus corona jenis baru dengan nama Covid-19 sebagai wabah pandemik global.

Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebgreyesus, Covid-19 yang bermula di Wuhan, China, kini  telah menyebar cepat ke beberapa negara dan meningkat tajam, sehingga dia meminta seluruh negara untuk setiap harinya menjalankan langkah yang agresif untuk mengendalikan penyebaran virus corona terebut.

Setelah WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemik global beberapa negara sudah melakukan upaya pencegahan, salah satunya dengan social distancing (menjaga jarak sosial). Dalam hal ini, Indonesia pun melakukan langkah-langkah pencegahan dengan menjaga jarak sosial.


Presiden Joko Widodo dalam pidatonya mengajak masyarakat Indonesia untuk bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Bahkan belakang terakhir, WHO menganjurkan adanya physical distancing (menjaga jarak fisik) sebagai cara untuk menghindari penyebaran virus corona lebih luas.

Pendidikan dan Keniscayaan Perubahan di Era 4.0

Harus diakui dunia ekonomi adalah sektor yang paling terdampak dengan adanya kebijakan jaga jarak (sosial distancing) tersebut. Selain sektor ekonomi, sektor lain yang terdampak dan mengharuskan adanya perubahan dan adaptasi dengan adanya ancaman wabah Covid-19, yaitu dunia pendidikan.

Seperti yang kita ketahui semenjak diberlakukanya anjuran menjaga jarak sosial, beberapa institusi pendidikan dari level pendidikan tinggi hingga pendidikan usia dini (PAUD) “diliburkan” sementara. Namun istilah diliburkan di sini bukan berarti peserta didik tidak belajar selama di rumah, akan tetapi mereka harus tetap belajar dan berjuang mencari ilmu dengan cara jarak jauh yaitu dengan menggunakan metode daring (online) dengan para dosen maupun dengan gurunya masing-masing.

Aktivitas belajar di rumah bagi para siswa dengan mengoptimalkan dunia digital di tengah pandemik Covid-19 memang sebuah keniscayaan. Fenomena ini seolah “memaksa” dunia pendidikan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan Era Industri 4.0.

Pendidikan di Era 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pada pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber. Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung menjadi lebih mudah, cepat, dan berkelanjutan (kontinu) tanpa tersekat oleh batas ruang dan waktu. Sehingga proses pembelajaran bisa dilakukan kapanpun dan di manapun (Faozan Amar, 2020).

Pentingnya dunia pendidikan untuk berubah dengan segera juga disampaikan oleh Jack Ma (2018), salah satu pengusaha sukses level dunia yang berhasil mengoptimalkan kemajuan teknologi informasi di era digital ini.

Dalam acara tahunan World Economic Forum 2018, pendiri Ali Baba Grup ini mengatakan bahwa pendidikan merupakan tantangan besar abad sekarang. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar mengajar, maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar.

Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini terimplementasikan, akan menghasilkan anak didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin. Karena itu, jika pendidikan tidak mampu beradaptasi dengan zaman, maka akan ditinggalkan masyarakat.

Tantangan Ke Depan


Pernyataan Ali Baba di atas mengingatkan kita bahwa disrupsi bukan hanya terjadi pada dunia ekonomi, namun juga terjadi dalam dunia pendidikan. Dengan adanya wabah Covid-19 ini, di satu sisi mengharuskan dunia pendidikan agar segera beradaptasi dengan dunia digital.

Namun di sisi lain ada beberapa hal yang masih menjadi PR bersama dalam merealisasikan perubahan tersebut, di antaranya, pertama, kecepatan internet belum optimal. Laporan yang dirilis oleh OpenSignal menyatakan kecepatan internet 4G Indonesia menempati peringkat ke-74 dari 77 negara. Laporan ini mencatat kecepatan internet dari 94 juta perangkat yang terlibat dalam riset selama 1 Januari hingga 31 Desember 2018.

Hasil riset di atas mencatat Indonesia memiliki kecepatan batas bawah jaringan 4G sebesar 6 Mbps. Dengan kecepatan tersebut Indonesia hanya berada di atas Kamboja dengan kecepatan 3,7 Mbps, India dengan 3,7 Mbps, dan Aljazair dengan 2,6 Mbps.

Indonesia masih kalah dengan negera berkembang lain seperi Filipina 6,5 Mbps, Pakistan dengan kecepatan 7,5 Mbps, Panama 7,8 Mps, Bahrain 8 Mbps, Pantai Gading 9 Mbps hingga Bangladesh 9,9 Mbps. (sumber CNN Indonesia).

Hal ini tentu menjadi PR seluruh stakeholders penyedia layanan jaringan internet, terutama pemerintah khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai pemegang kebijakan dan regulasi yang terkait dengan koneksi internet.

Kedua, internet belum merata ke seluruh pelosok negeri. Harus diakui negara kita adadalah negara yang sangat luas terdiri dari kepualauan. Hal ini selalu menjadi tantangan tersediri bagi pemerintah dalam hal pemerataan antara satu daerah dengan daerah lainya. Dalam hal pemerataan koneksi internet, Kominfo sendiri mengakui bahwa sekitar 24.000 desa belum terhubung dengan internet.

Artinya, belajar dengan cara daring belum mampu dilakukan bagi daerah yang belum terkoneksi dengan internet. Kabar baiknya pada tahun ini pemerintah akan mempercepat penyebaran akses internet dengan meluncurkan satelit sendiri dengan nama proyek satelit Satria dan ditargetkan satelit tersebut meluncur pada tahun 2023.

Ketiga, etika dalam melakukan belajar daring. Baru-baru ini viral di jagat twitter ada seorang remaja yang memiliki orang tua sebagai guru menceritakan kurangnya adab atau etika beberapa anak didik Ayahnya dalam proses kegitan belajar mengajar daring. Karena merasa tidak dalam pengawasan langsung oleh gurunya, beberapa anak didik tidak fokus dan mengabaikan arahan dari sang guru.

Padahal Syaikh Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’alim menyebutkan bahwa etika menghormati orang yang berilmu dan etika belajar sebagai prioritas yang harus diperhatikan, terutama jika ingin mendapatkan kesuksesan dalam belajar. Dalam konteks ini peran orang tua di rumah sangat dibutuhkan agar anak didik tetap memiliki etika dan adab yang baik selama proses belajar daring dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 ini.

Tantangan-tantangan dalam proses adaptasi belajar daring di atas semoga segera teratasi di tengah upaya kita bersama dalam mencegah penyebaran Covid-19. Kolaborasi seluruh komponen bangsa baik dari pemerintah, pengusaha hingga masyarakat perlu ditingkatkan dan dimasivkan agar ikhtiar kita dalam melawan Covid-19 berhasil dan sukses. Dengan ikhtiar yang optimal dan doa yang lebih dari hari-hari biasanya oleh semua elemen bangsa  diharapkan “badai” ini segera berlalu. Wallahu alam.

Fahmi Syahirul Alim

Kader Muda Muhammadiyah, yang juga Program Manager International Center for Islam and Pluralism (ICIP)


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya