Berita

Sirojudin Abbas/Net

Politik

Pemda Langkahi Pemerintah Pusat Soal Lockdown, Pengamat: Dampaknya Pada Kepercayaan Internasional

SENIN, 30 MARET 2020 | 10:46 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Sejumlah pemerintah daerah (Pemda) telah mendahului pemerintah pusat untuk mengambil langkah karantina wilayah secara lokal atau local lockdown terkait wabah virus corona (Covid-19).

Beberapa daerah yang mengkinfirmasi menerapkan local lockdown ialah Tegal, Tasikmalaya, Papua, dan Tolitoli.

Pengamat politik dari Saiful Mudjani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas menilai, tidak seharusnya pemda mengambil kebijakan tersebut secara mandiri, alih-alih tanpa berkoordinasi dengan pemerintah pusat.

"Daerah mestinya mengikuti kebijakan pusat. Jangan sampai pemerintah pusat dan daerah terkesan tidak kompak," kata Sirojudin Abbas saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Senin (30/3).

Meski begitu, akademisi bidang negara, kesejahteraan dan sosial dari University of California, Berkeley ini mewajari langkah yang diambil pemda. Sebab walau bagaimanapun juga, langkah yang diambil pemda tentu untuk menjaga keselamatan warganya dari wabah Covid-19.

Tapi dia berharap, pemda bisa mepakukan koordinasi dengan pemerintah pusat, dalam hal ini Gugis Tugas Percepatam Penanganan Covid-19.

"Jika kepala daerah ingin membantu warganya, akan lebih baik dilakukan dengan koordinasi Gugus Tugas. Supaya terkoordinasi dan informasinya terintegrasi," sebut Sirojudin Abbas.

"Sebab, masalah wabah corona ini perlu ditangani dengan cara terorganisir dan terkoordinasi antara semua instansi pemerintah," sambungnya.

Lebih lanjut, Sirojudin Abbas meminta pemerintah pusat untuk mengambil langkah tegas atas fenomena local lockdown yang diterapkan sejumlah pemda. Jika tidak, maka hal ini akan menimbulkan efek yang negatif, baik dari sudut pandang masyarakat dan dunia internasional.

"Keputusan lockdown secara nasional atau lokal harus diputuskan oleh pemegang otoritas tingkat nasional. Sebab, untuk kasus Covid 19 ini, Indonesia menjadi sorotan dunia. Sebagaimana negara-negara lain yang terkena wabah," tuturnya.

"Jika salah ambil langkah kebijakan, pasti akan jadi sorotan. Dampaknya pada kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia," pungkas Sirojudin Abbas menambahkan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya