Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Awas! Lockdown Memicu KDRT, Di China Naik Tiga Kali Lipat

SABTU, 28 MARET 2020 | 17:16 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kebijakan lockdown yang diterapkan sejumlah negara di Eropa untuk mencegah penularan, ternyata tak sepenuhnya membawa manfaat. Sebaliknya, kebijakan itu malah menambah masalah karena berpotensi menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Organisasi pendamping korban kekerasan domestik di berbagai kota Eropa mengaku telah meneliti hal ini.  

"Untuk banyak orang, rumah mereka bukanlah tempat yang aman," ujar pihak BFF, salah satu organisasi yang berbasis di Jerman, seperti dilansir AFP, Sabtu (28/3).

Dampak dari penguncian wilayah (lockdown) atau isolasi, membuat sebagian kalangan merasa stress, terutama bagi mereka pekerja harian.

Keterbatasan gerak, hilangnya pekerjaan, dan kesulitan finansial, akan memicu konflik.

"Masalah-masalah tersebut menciptakan tekanan besar di dalam rumah tangga," ujar Florence Claudepierre dari FCPE, sebuah organisasi yang berbasis di Upper Rhine, Prancis.

Masalah ini bahkan bisa timbul di rumah tangga yang tidak memiliki sejarah kekerasan sebelumnya.

Perempuan dan anak-anak yang hidup dengan kekerasan dalam rumah tangga tidak dapat melarikan diri dari pelaku kekerasan selama masa karantina.

Di Brasil, Jerman, Italia, hingga China, para aktivis dan orang yang selamat mengatakan bahwa mereka telah melihat peningkatan kekerasan yang signifikan.

Di Jerman, pemimpin parlemen partai hijau, Katrin Göring-Eckardt, mengatakan pada pekan lalu, dia mengkhawatirkan nyawa ribuan perempuan yang terjebak dengan pasangan yang melakukan kekerasan. Ia meminta pemerintah untuk memberi bantuan bagi perempuan-perempuan yang malang itu.

Di Tiongkok, laporan terkait kekerasan terhadap perempuan meningkat tiga kali lipat selama masa lockdown. Sedangkan di Spanyol, pekan lalu seorang perempuan tewas akibat aksi KDRT pasangannya.

Di Spanyol sendiri, di mana aturan lockdown sangat ketat, dan banyak orang didenda karena melanggar aturan, nyatanya pemerintah memberi kelonggaran untuk perempuan yang berada di bawah ancaman atau pelecehan jika mereka terpaksa keluar dari rumah untuk mencari bantuan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Eko Darmanto Bakal Didakwa Terima Gratifikasi dan TPPU Rp37,7 M

Senin, 06 Mei 2024 | 16:06

Fahri Hamzah: Akademisi Mau Terjun Politik Harus Ganti Baju Dulu

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Pileg di Intan Jaya Molor Karena Ulah OPM

Senin, 06 Mei 2024 | 15:56

Gaduh Investasi Bodong, Pengamat: Jangan Cuma Nasabah, Bank Juga Perlu Perlindungan

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Tertinggi dalam Lima Tahun, Ekonomi RI di Kuartal I 2024 Tumbuh 5,11 Persen

Senin, 06 Mei 2024 | 15:46

Parnas Tak Punya Keberanian Usung Kader Internal jadi Cagub/Cawagub Aceh

Senin, 06 Mei 2024 | 15:45

PDIP Buka Pendaftaran Cagub-Cawagub Jakarta 8 Mei 2024

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Dirut Pertamina: Kita Harus Gerak Bersama

Senin, 06 Mei 2024 | 15:35

Banyak Pelanggan Masih Pakai Ponsel Jadul, Telstra Tunda Penutupan Jaringan 3G di Australia

Senin, 06 Mei 2024 | 15:31

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Dapat Perintah Khusus Prabowo

Senin, 06 Mei 2024 | 15:24

Selengkapnya