Berita

Orang-orang menggunakan masker untuk menghentikan penyebaran virus corona/Net

Dunia

Istilah "Virus China" Donald Trump Telah Picu Rasisme Dan Xenophobia Terhadap Orang Asia Timur

SELASA, 24 MARET 2020 | 15:25 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Selain harus menghentikan penyebaran virus corona atau Covid-19, pemerintah negara-negara dunia juga harus membasmi distriminasi rasial yang terjadi akibat wabah tersebut.

Demikian yang disampaikan oleh seorang pejabat PBB, E. Tendayi Achiume ketika berpidato untuk Hari Internasional Penghapusan Diskriminasi Rasial pada Sabtu (21/3).

"Krisis seperti pandemi virus corona mengingatkan kita bahwa kita semua terhubung dengan kesejahteraan kita yang saling bergantung," ujarnya seperti dimuat AA.


Ada pun Achiume juga menyoroti diskriminasi hingga xenophobia yang disebabkan oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini yang mengganti istilah Virus Corona dengan Virus China.

"Sungguh mencemaskan untuk menyaksikan pejabat negara, termasuk Presiden Amerika Serikat, mengadopsi nama alternatif untuk virus corona, Covid-19," terangnya.

"Jenis penggunaan nama geografis untuk virus ini menjadi akar dan menumbuhkan rasisme dan xenophobia. Dalam hal ini, ia berfungsi untuk mengisolasi dan menstigmatisasi individu-individu yang atau dianggap sebagai keturunan China atau keturunan Asia Timur lainnya," imbuh Achiume.

Menurutnya, retorika suatu pemimpin negara semacam itu tidak lah bertanggung jawab dan bukan masalah kecil. Mengingat, nama suatu penyakit sendiri penting bagi orang-orang yang terkena dampaknya secara langsung.

"Nama-nama penyakit tertentu memicu reaksi terhadap anggota komunitas agama dan etnis tertentu, serta memiliki konsekuensi berat," katanya.

Buktinya, selama dua bulan terakhir, orang-orang yang dikenal sebagai keturunan China atau Asia Timur menjadi serangan rasisme dan xenophobia yang dikaitkan dengan virus, jelas Achiume.

Serangan semacam itu berkisar dari penghinaan yang penuh kebencian hingga penolakan layanan hingga tindakan kekerasan yang brutal.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya