Taiwan masih geram. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih belum memberikan jalan bagi Taiwan untuk berpartisipasi penuh dalam mekanisme pencegahan pandemik corona (Covid-19).
Dalam sebuah pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh Taipei Economic and Trade Office (TETO) pada Senin (16/3), Taiwan mengaku merasa telah dibohongi oleh WHO.
"WHO tidak mengetahui fakta dan berulangkali berbohong kepada dunia luar dengan mengatakan Taiwan dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam pertemuan dan kegiatan relevan... (tapi) sejauh ini Taiwan belum diundang," ujar TETO.
Menurut TETO, kebohongan Taiwan yang secara terbuka ini bukan hanya tidak membantu penegahan pandemik, namun juga telah merusak citra profesional objektif WHO yang secara langsung membahayakan kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.
Jika WHO memang memberikan jalan pada Taiwan, dikatakan TETO, WHO harus mengizinkan para ahli Taiwan untuk berpartisipasi secara online dalam Forum Penelitian dan Inovasi Global yang berlangsung pada 11 dan 12 Februari.
"Oleh sebab tidak adanya komunikasi dengan para ahli dari berbagai negara, sehingga Taiwan tidak bisa berbagi pengalaman anti-epidemi di lini pertama," ujar TETO.
Selama ini, Taiwan juga telah melaporkan kasus melalui Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) ke contact widow yang ditunjuk oleh Sekretariat WHO. Namun pada kenyataannya, contact widow tidak ditangani oleh medis, yang artinya tidak bisa memberikan informasi terkait pencegahan wabah pada Taiwan.
"WHO begitu mudahnya bermuka dua terhadap komunitas internasional, dan secara terang terangan melakukan pembohongan publik, ini merupakan perilaku yang tidak jujur dan tidak bermoral," tegas TETO.
Padahal, TETO menjelaskan, komunitas internasional telah mendukung Taiwan untuk berpartisipasi dalam mekanisme WHO. Pejabat tinggi dari Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Uni Eropa bahkan secara terbuka meminta WHO untuk menerima Taiwan.
Hasil pencegahan wabah yang dilakukan Taiwan pun terbukti dan banyak dipuji oleh banyak pihak. Namun, dalam situasi krisis seperti ini, WHO justru mengecualikan Taiwan sebagai contoh model untuk pencegahan epidemi sama halnya seperti menghalangi siswa teladan masuk ke ruang kelas, lanjut TETO.