Berita

Ustaz Yusuf Mansur berkunjung di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia/Net

Nusantara

Kiai Imjaz Terima Kunjungan 3 Tokoh Ulama Nasional, Desak Intoleransi Ekonomi Dihentikan

SENIN, 09 MARET 2020 | 14:08 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

Dua hari berturut-turut suasana di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cisaat, Cirebon, Jawa Barat, ramai dengan kedatangan tokoh-tokoh bangsa, Sabtu dan Minggu (7-8/3).

Secara bersamaan tiga tokoh nasional mengunjungi lembaga pendidikan bertaraf internasional tersebut. Mereka silaturahmi sekaligus sowan ke Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, KH. Imam Jazuli, Lc. MA.

Ini bukan pertemuan biasa, kehadiran tokoh-tokoh nasional tersebut untuk membahas masalah-masalah kekinian berkaitan dengan keumatan dan kebangsaan.


Ketiga tokoh nasional yang hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua umum PBNU Prof. KH. Said Aqil Siroj, Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah Prof.  KH. Asep Saefuddin Chalim, dan pengasuh pesantren Darul Qur’an Ustaz Yusuf Mansur.

KH. Imam Jazuli yang akrab disapa Kiai Imjaz menerima kedatangan tokoh-tokoh nasional tersebut di kediamannya di komplek Pesantren Bina Insan Mulia, sejak Sabtu. Pertemuan awalnya berlangsung secara tertutup sebelum digelar pertemuan umum bersama ribuan santri.

Dalam pertemuan dibahas permasalahan keumatan dan Kebangsaan, diantaranya intoleransi ekonomi yang membuat bangsa Indonesia berada dalam kondisi mengkhawatirkan, juga pentingnya menguatkan semangat kebangsaan.

"Negara kita sesungguhnya dalam kondisi berbahaya karena kapitalisme telah mengakar di negeri ini," kata Kiai Imjaz.

Dia melanjutkan, pihaknya ingin memberi kritik kepada pemerintah. Masalah ekonomi kerakyatan sebagai amanat undang-undang faktanya saat ini tidak berjalan.

"Negara sudah semakin oleng, hingga kaum kapitalis dan oligarki telah menguasai bangsa kita melalui tangan-tangan lokal. Maka kita tidak boleh diam dan harus bangkit, kebangkitan akan kita mulai dari pesantren," tutur Kiai Imjaz.

Meski demikian, dia juga mengingatkan kritik terhadap pemerintah berkuasa saat ini harus tetap objektif. Termasuk juga tetap mengapresiasi jika ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang masih pro dengan kepetingan rakyat.

Prof. Asep menyampaikan, bahwa saat ini banyak oknum birokrat telah dibeli pihak asing sehingga saat ini rakyat sedang menjadi objek eksploitasi di era globalisasi ini.

"Kita ini bagai mayat yang sudah tersedia liang lahatnya dan tinggal menunggu dikuburkan. Dulu Singapura milik orang Melayu, tapi sekarang orang Melayu di Singapura hanya 10 persen, yang sekarang menguasai orang asing. Jangan sampai Indonesia seperti Singapura. Saat ini produk-produk asing telah memenuhi pasar Indonesia, sedangkan produk kita terpinggirkan," katanya.

Di sisi lain, Ustaz Yusuf Mansur menyampaikan solusi ekonomi kerakyatan yang utamanya adalah ekonomi umat Islam. "kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bahkan di negeri orang lain," katanya dalam keterangan elektronik, Senin (9/3).

Caranya, Yusuf Mansur melanjutkan, yang pertama adalah dengan penyatuan uang dan transaksi, kemudian yang kedua dengan penyatuan menejemen dan aset. Bayangkan jika umat Islam menyatukan uang dan transaksinya untuk membeli aset-aset di dunia dalam satu menejemen untuk manfaat dan kepentingan umat, maka akan menjadi luar biasa umat Islam ke depannya.

Prof. Said Aqil mengamini serta mengapresiasi pertemuan ini dan menyampaikan Islam nusantara merupakan solusi atas kebuntuan permasalahan yang ada di Indonesia, dimana Islam dibangun di atas budaya, dan budaya menjadi infrastruktur dari agama.

"Aqidah dan syariat kita sempurna, tapi peradaban dan ilmu pengetahuan kita jauh ketinggalan. Jadi, untuk menjadi bangsa yang bermartabat, kita harus bersatu dalam wadah persatuan umat Islam (dalam segala bidang-red) dan semangat nasionalis berbangsa dan bernegara, sebagai mana jargon dari mbah Hasyim 'hubbul wathon minal iman'. Kecintaan kita kepada bangsa ini harus dibuktikan dengan menegakkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, karenanya intoleransi ekonomi harus dihentikan" demikian Kiai Said.

Menurut informasi, sejatinya ada satu tokoh nasional lagi yakni TGB Dr. KH. Zainul Majdi juga dijadwalkan hadir dalam pertemuan tersebut namun berhalangan hadir karena sedang sakit.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya