Berita

Ekonom Dradjad Wibowo/Net

Politik

Diabetes Jadi Alasan Pungut Cukai, Ekonom: Bagaimana Kue Basah Dan Gudeg?

KAMIS, 20 FEBRUARI 2020 | 17:12 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Usulan cukai untuk minuman berpemanis yang bertujuan menekan jumlah penderita diabetes harus dibahas secara terbuka kepada masyarakat.

Menurut pakar ekonomi Dradjad Wibowo, setidaknya ada lima hal yang perlu dijelaskan Menteri Keuangan, Sri Mulyani sebelum usulan tersebut benar-benar menjadi kebijakan.

“Pertama, klaim studi tersebut apakah sudah teruji secara sahih? Saya belum menemukannya,” kata Dradjad kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (20/2).

Ia mempertanyakan langkah Sri Mulyani itu mengenai adanya bukti empiris yang tidak terbantahkan bahwa kenaikan cukai tersebut akan menurunkan penderita diabetes di Indonesia. “Saya juga belum menemukannya," ucapnya.

“Ketiga, berapa tambahan penerimaan negara yang realistis bisa diperoleh(dari cukai minuman berpemanis)?” tanya politisi PAN ini.

Menurutnya, memberlakuan cukai pemanis minuman akan berdampak kepada industri kecil dan menengah, termasuk industri gula dan minuman.

“Apa langkah untuk mengurangi dampak negatif tersebut?” tanyanya.

Hal lain yang tak kalah penting adalah kultur masyarakat Indonesia yang gemar mengonsumsi makanan dan minuman manis, terutama di wilayah Pulau Jawa.

“Teh manis, kopi gula, gudeg, kue basah manis dan sebagainya. Jangan-jangan risiko diabetes di sini lebih tinggi dari pada minuman pemanis?” katanya.

Oleh karenanya, pihaknya meminta Sri Mulyani melakukan kajian-kajian tersebut sebelum benar-benar menerapkan usulan cukai pemanis minuman.

“Saran saya, lakukan dulu studi empiris dan debat publik terbuka mengenai 5 isu di atas. Tidak perlu ngotot sekarang, daripada nanti dituduh hanya menjalankan 'agenda Bloomberg'," paparnya.

“Jangan lupa, di AS sendiri pajak atau cukai soda Bloomberg ini banyak ditentang, bahkan langsung dibatalkan seperti di Cook County dan Santa Fe,” tandasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya