Berita

Pencegahan virus corona menyebar/Net

Publika

Kegelapan COVID 19: Kredibilitas Dan Otoritas

KAMIS, 13 FEBRUARI 2020 | 17:36 WIB

WHO mengumumkan Selasa (11/2) bahwa virus corona Wuhan memiliki nama baru yaitu COVID 19. Singkatan dari corona virus dengan identitas yang muncul tahun 2019 (Corona Virus Disease 2019).

WHO meminta seluruh negara di dunia menjadikan COVID 19 sebagai musuh utama negara nomor satu (public enemy number one). Ketika WHO memberi nama baru, otoritas China juga mengumumkan metode baru yang membuat angka warga yang terinjeksi COVID 19 berubah drastis.

Kemarin (Rabu, 12/2), mereka yang terdeteksi COVID 19 bertambah menjadi 14.840 kasus di Provinsi Hubei dalam sehari, sehingga total warga negara China menjadi 58,805 kasus COVID 19.

Angka kematian pun tiba-tiba bertambah 242 kematian dalam satu hari sehingga total korban jiwa COVID 19 adalah 1.367 di China daratan.

Kenaikan tajam tersebut mengindikasikan betapa sulitnya para petugas medis China untuk mengukur luasnya virus corona, khususnya di pusat epicenternya di Wuhan, di mana ribuan orang sakit tanpa dites atas sakitnya.

Dihadapkan dengan banyaknya orang memiliki gejala serupa dan tidak mudahnya untuk menguji mereka membuat otoritas China mengubah cara bagaimana COVID 19 diidentifikasi.

Rumah sakit di Wuhan, kota terbesar di Provinsi Hubei dan pusat epicentrum bencana harus berjuang dengan test yang kompleks dan susah untuk mendeteksi tanda genetik virus secara langsung, termasuk Indonesia memiliki isu yang sama sebenarnya yaitu sulitnya mendeteksi tanda genetik virus dari si pasien.

Akhirnya, otoritas China memutuskan mengubah metode dengan melakukan diagnosa menggunakan rontgen paru (lung scans) daripada mencari tanda genetik virusnya (virus genetic signature).

Metode baru tersebut mempermudah pasien untuk segera mendapat pengobatan dan membuat otoritas dengan cepat memutuskan bagaimana alokasi sumber daya ditempatkan, kata petugas medis Hubei.

Pertanyaan muncul apakah otoritas medis di sana telah memiliki perlengkapan yang cukup. Ahli lain mengkritik bahwa metode lung scan tidak sempurna untuk mendeteksi keberadaan COVID 19 karena pasien biasa dengan flu musiman dapat terlihat gangguan paru dalam lung scans.

Banyak media baik didalam maupun luar China mengkritik informasi otoritas China tidak lengkap. Tidak seperti MERS dan SARS, COVID 19 ini adalah virus yang sangat mudah menular, namun tidak cukup tinggi untuk menyebabkan kematian.

Ini yang menyebabkan Dr Tedros, Managing Directure WHO menyatakan bahwa epidemik COVID 19 seperti puncak gunung es, cakupan luasnya virus ini terletak di bawah laut yang tidak diketahui seberapa besar dari puncaknya.

Jika begitu adanya, publik harus diberi edukasi bahwa informasi COVID 19 berada di wilayah gelap, sehingga kita tidak dapat memprediksi bagaimana tidak lanjutnya kemudian.

Kita semua berharap penyebaran COVID 19 ini mereda dan kita semua berharap COVID 19 tidak menambah berat kinerja ekonomi dunia yang dapat melahirkan krisis baru bila penyebaran virus COVID 19 tidak terkendali.

Sudah saatnya otoritas medis Indonesia juga berani melakukan diagnosa lung scans, bisa jadi dengan metolodogi ini kita menjadi lebih aware dan publik tidak menyepelekannya.

Lebih baik mencegah daripada terlanjur terpapar virus COVID 19 tersebut.

Kejujuran akan melahirkan kredibilitas baik bagi warga negara maupun masyarakat internasional. Saatnya lebih banyak mendengar dan mengakui kelemahan daripada membuat kegaduhan di kemudian hari.

Achmad Nur Hidayat MPP

Pengamat kebijakan publik

Populer

Gempa Megathrust Bisa Bikin Jakarta Lumpuh, Begini Penjelasan BMKG

Jumat, 22 Maret 2024 | 06:27

KPK Lelang 22 iPhone dan Samsung, Harga Mulai Rp575 Ribu

Senin, 25 Maret 2024 | 16:46

Pj Gubernur Jawa Barat Dukung KKL II Pemuda Katolik

Kamis, 21 Maret 2024 | 08:22

KPK Diminta Segera Tangkap Direktur Eksekutif LPEI

Jumat, 22 Maret 2024 | 15:59

Bawaslu Bakal Ungkap Dugaan Pengerahan Bansos Jokowi untuk Menangkan Prabowo-Gibran

Rabu, 27 Maret 2024 | 18:34

Connie Bakrie Resmi Dipolisikan

Sabtu, 23 Maret 2024 | 03:11

KPK Lelang Gedung Lampung Nahdiyin Center

Selasa, 26 Maret 2024 | 10:12

UPDATE

Jelang Piala AFF dan AFC, 36 Pemain Masuk Seleksi Tim U-16 Tahap Dua

Jumat, 29 Maret 2024 | 08:02

Gunung Semeru Kembali Erupsi, Warga DIminta Tak Beraktivitas

Jumat, 29 Maret 2024 | 07:25

Kemnaker Gelar Business Meeting Pengembangan SDM Sektor Pariwisata

Jumat, 29 Maret 2024 | 07:11

2.098 Warga Terjangkit DBD, Pemkot Bandung Siagakan 41 Rumah Sakit

Jumat, 29 Maret 2024 | 07:01

Sebagian Wilayah Jakarta Diprediksi Hujan Ringan

Jumat, 29 Maret 2024 | 06:21

Warga Diimbau Lapor RT sebelum Mudik Lebaran

Jumat, 29 Maret 2024 | 06:11

Generasi Z di Jakarta Bisa Berkontribusi Kendalikan Inflasi

Jumat, 29 Maret 2024 | 06:04

Surat Dr Paristiyanti Nuwardani Diduga jadi Penyebab TPPO Farienjob Jerman

Jumat, 29 Maret 2024 | 06:00

Elektabilitas Cak Thoriq Tak Terkejar Jelang Pilkada Lumajang

Jumat, 29 Maret 2024 | 05:42

Satpol PP Diminta Jaga Perilaku saat Berinteraksi dengan Masyarakat

Jumat, 29 Maret 2024 | 05:31

Selengkapnya