Berita

Karikatur Harun Masiku/RMOL

Hukum

Sebulan Dicari Belum Tertangkap, Pengamat: Apakah Harun Masiku Akan Jadi Tsunami Politik Bagi PDIP Dan KPU?

SELASA, 11 FEBRUARI 2020 | 05:21 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Sejak menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai penyuap eks komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan, Harun Masiku belum juga ditemukan.

KPK bahkan mengaku sudah melibatkan aparat kepolisian untuk mencari keberadaan calon anggota legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Pengamat Hukum Universitas Al Azahar Indonesia, Suparji Ahmad menyebutkan bahwa perburuan Harun Masiku adalah misteri hukum terbesar awal tahun 2020.

Suparji mengaku heran apa yang dimiliki Harun hingga KPK dan kepolisian tidak bisa menembus untuk menemukan keberadaan Harun Masiku.

"Apa yang bersangkutan punya ilmu menyembunyikan diri atau ketajaman tim pencari HM (Harun Masiku) tidak sanggup menembus tirai yg menutupi keberadaan HM. Sekiranya ada yang menyembunyikan untuk apa?" tanya Suparji dengan nada heran saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (11/2).

Suparji melihat dengan ditangkapnya Harun nanti akan mengakibatkan tsunami politik bagi kalangan tertentu. Khususnya PDIP yang beberapa oknum penyuapnya adalah berasal dari partainya.

Selain itu, Suparji memprediksi, bisa jadi setelah Harun tertangkap pihak penyelenggara pemilu (KPU) juga akan mendapatkan guncangan.

"Begitu pentingnya HM (Harun Masiku) sehingga harus dilindungi atau HM membawa gempa dan tsunami politik jika tertangkap?" tanya Suparji.

Suparji melihat kasus Harun Masiku terasa gempar diawal. Menurutnya saat ini lembaga antirasuah terkesan tak berdaya dalam menangani kasus suap pergantian antar waktu (PAW) itu.

"Inilah paradoks KPK gegap gempita di awal dalam kasus ini tapi senyap sekarang. Kalau kasus yang sudah terang benderang begini KPK enggak berdaya apalagi kasus lain," sergah Suparji.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya