Berita

Militer Filipina Saat Melakukan Penyergapan Terhadap Kelompok Abu Sayyaf/Net

Hukum

Lagi-lagi Nelayan WNI Diculik Abu Sayyaf, Komisi 1 Harap Pemerintah Tolak Tegas Permintaan Tebusan

SENIN, 20 JANUARI 2020 | 08:23 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Penculikan WNI oleh kelompok Abu Sayyaf kembali terulang. Anggota Komisi I DPR RI Farah Puteri Nahlia mengimbau kepada pemerintah Indonesia untuk tetap melakukan pendekatan yang humanis dalam menangani penculikan
lima nelayan yang terjadi pada Kamis pekan lalu.

Menurut Farah, salah satu cara yang perlu dilakukan pemerintah adalah membuka komunikasi dengan para petinggi Abu Sayyaf.

"Dalam kasus sandera ini, pemerintah harus tetap mengedepankan sisi humanis, jangan sampai ada operasi yang memakan korban jiwa," ujar Farah dalam keterangannya, Senin (20/1).

"Dalam kasus sandera ini, pemerintah harus tetap mengedepankan sisi humanis, jangan sampai ada operasi yang memakan korban jiwa," ujar Farah dalam keterangannya, Senin (20/1).

Perlu juga membangun diplomasi dengan Filiphina dan Malaysia agar dapat mempermudah proses negosiasi pembebasan para nelayan tersebut. Sehingga, menurutnya, semua langkah-langkah yang diambil bersifat persuasif.

Farah juga menyarankan agar pemerintah menolak tegas segala permintaan tebusan.

"Dan terakhir dengan menolak tegas segala bentuk tebusan yang di tawarkan," kata Farah.

Bila berbagai upaya persuasif telah ditempuh, tapi tidak juga membuahkan hasil yang positif, menurutnya, pemerintah harus mengambil keputusan berupa pembebasan sandera dengan cara represif.

"Sampai sejauh ini belum perlu, saya kira masih bisa pakai cara yang humanis," katanya.

Sebelumnya, enam gerilyawan komplotan Abu Sayyaf menculik lima nelayan Indonesia pada Kamis (16/1) malam hari. Komplotan itu menculik nelayan dari kapal pukat mereka di perairan paling timur Sabah di lepas pantai Lahad Datu, sekitar 10 menit dari kepulauan Tawi-Tawi di Filipina.

Mereka yang diculik adalah kapten kapal pukat Arsyad Dahlan (41), La Baa (32), Riswanto Hayano (27), Edi Lawalopo (53), dan Syarizal Kastamiran (29). Mereka bekerja di kapal pukat milik perusahaan yang bermarkas di Sandakan, Malaysia.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya