Ilustrasi DWS bukan toa biasa/Net
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan enam TOA yang akan dibeli BPBD DKI Jakarta adalah alat Disaster Warning System (DWS) yang merupakan pengembangan dari Early Warning System (EWS) bantuan Jepang tahun 2014.
Kepala Pusdatinkom BNPB Agus Wibowo menyebut alat tersebut memang terbilang cukup mahal.
"Ini kayaknya pengembangan EWS (Early Warning System) bantuan Jepang. Ini TOA seperti yang dipakai di Jepang, jadi memang mahal," kata Agus, Kamis (16/1) malam.
Alat DWS tersebut dapat dikendalikan dari jakar jauh, sama seperti yang dipakai oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Bisa dikendalikan jarak jauh. Seperti sirene yang dipakai BMKG," ujar Agus. "Sudah sesuai dengan kebutuhan peringatan dini bencana yang ada di Jakarta. Itu standar seperti di Jepang," erang Agus.
Agus memperkirakan BPBD DKI Jakarta telah memikirkan matang kebutuhan akan alat peringatan bencana tersebut.
"Mungkin sistem TOA itu pengembangan sistem tersebut. Saya belum tahu sistemnya kayak apa. Saya kira DKI sudah pikirkan dengan matang sistem yang cocok," imbuh Agus.
Sebelumnya, BPBD DKI Jakarta menganggarkan Rp 4,073 miliar untuk menambah 6 Disaster Warning System (DWS) pada tahun 2020. BPBD menyebut DWS bukan seperti pengeras suara atau Toa yang umum ditemukan.
Alat ini akan dipasang di enam lokasi yaitu: Bukit Duri-Jakarta Selatan, Kebon Baru-Jakarta Selatan, Kedaung Kali Angke-Jakarta Barat, Cengkareng Barat -Jakarta Barat, Rawa Terate-Jakarta Timur, Marunda-Jakarta Utara.
"Pengeras ini bukan Toa biasa karena bisa dipantau dari Pusdatin untuk langsung ke lokasi yang ada. Anggaran tersebut sudah ada di e-bugedting," ucap Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Muhammad Insyaf, saat dihubungi, Kamis (16/1).