Berita

Kicauan warga AS/Net

Dunia

Warga AS: Dear Iran, Kami Jahat Karena Rezim Teroris, Tolong Jangan Bunuh Kami!

JUMAT, 10 JANUARI 2020 | 16:58 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Keputusan sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk melakukan serangan drone yang menewaskan Komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran (IRGC), Letjen Qassem Soleimani di Irak banyak dikecam.

Kecaman tidak hanya datang dari negara lain, namun juga orang Amerika itu sendiri.

Pada hari yang sama ketika AS membunuh Soleimani, Jumat (3/1), tagar Dear Iran menjadi trending topic di media sosial Twitter. Melalui tagar tersebut, publik Amerika, serius atau pun tidak, meminta Iran untuk tidak menyerang AS.

Seperti akun @keiramilan yang tinggal di negara bagian AS, Texas. Ia berharap agar Iran tidak menyerangnya karena ia mengaku Texas bukan bagian dari AS, "Dear Iran, Texas bukan bagian dari Amerika Serikat".

Hal yang sama juga diungkapkan oleh @embercervantes, "Dear Iran, New Mexico BUKAN bagian dari Amerika Serikat".
Ada juga @cuiii777, "Dear Iran, California telah memiliki banyak orang Meksiko. Jadi kami secara teknis adalah orang Meksiko".
Dalam akun Twitter lainnya, @patrickwhitewsu mengunggah peta pemungutan suara pemilu presiden AS lalu, negara bagian berwarna merah artinya dimenangkan Partai Republik yang menaungi Trump, sementara warna biru melambangkan kemenangan Partai Demokrat.

"Dear Iran, tolong jangan nuklir negara bagian berwarna biru. Kami tidak menginginkan ini," bunyi keterangan foto tersebut.

Ada juga artis terkenal Rose McGowan, yang melalui akun @rosemcgowan mengatakan bahwa pemerintahan Trump adalah rezim teroris.

"Dear Iran, Amerika Serikat telah tidak menghormati negaramu, benderamu, orang-orangmu. 52 persen dari kami dengan rendah hati meminta maaf. Kami menginginkan perdamaian dengan bangsamu. Kami menjadi jahat karena rezim teroris. Kami tidak tahu bagimana keluar. Tolong, jangan bunuh kami," cuitnya.

Dan masih banyak cuitan lainnya yang menunjukkan bahwa keputusan Trump untuk membunuh Soleimani adalah keputusan sepihak tanpa mempertimbangkan keinginan warga Amerika. 

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya