Berita

Perairan Natuna/Net

Nusantara

Pantes Diklaim, Ternyata Ada 23.499 Ton Potensi Cumi-cumi Per Tahun Di Natuna

SENIN, 06 JANUARI 2020 | 07:22 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Ternyata tak hanya kapal China yang sering berada di perairan Natuna. Kapal berbendera Vietnam juga sering terlihat beraktivitas di sana.

Mengapa Natuna menjadi favorit kapal asing, bahkan sampai-sampai pemerintah China mengklaim perairan Natuna adalah bagian dari wilayah yang dimilikinya?

Plt. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan Aryo Hanggono, mengatakan perairan Natuna menyimpan beragam potensi hasil laut, mulau dari cumi-cumi, lobster, kepiting, hingga rajungan.

Kekayaan alam itulah  yang membuat  banyak kapal asing ilegal  mengintai Natuna.

Menurut Aryo, Natuna sering dimasuki kapal nelayan asing  karena masih jarang nelayan lokal yang melaut di Natuna. Kalaupun ada, kemungkinan hanya ada kapal yang kecil.

"Memang ada penjagaan, cuma ya kan nggak setiap hari, mahal BBM-nya kalau setiap hari. Pada saat kosong, mereka masuk tuh pinter mereka masuk. Selain itu, kapal ikan kita di sana nggak banyak, yang ada juga kecil-kecil," kata Aryo.

Di perairan Natuna, Aryo mengungkapkan bahwa cumi-cumi menjadi komoditas laut dengan potensi hasil paling banyak. Setidaknya ada 23.499 ton potensi cumi-cumi per tahun di Natuna

"Natuna ya, di sana ada cumi-cumi, lobster, kepiting, hingga rajungan. Di datanya itu, potensi per tahunnya lobster ada 1.421 ton, kepiting, 2.318 ton, rajungan 9.711 ton," jelas Aryo, Minggu (5/1).

Sedangkan untuk komoditas perikanan tangkap potensial Kabupaten Natuna terbagi dalam dua kategori, yaitu ikan pelagis dan ikan demersal. Potensi ikan pelagis Kabupaten Natuna mencapai 327.976 ton/tahun, dengan jumlah tangkapan yang dibolehkan sebesar 262.380,8 ton/tahun (80% dari potensi lestari).

Pada tahun 2014, tingkat pemanfaatan ikan pelagis hanya mencapai 99.037 atau 37.8% dari total jumlah tangkapan yang dibolehkan. Selebihnya yaitu sebesar 163.343,8 ton/tahun (62.25%) belum dimanfaatkan.

Aryo menyebutkan nelayan lokal kebanyakan melaut di daerah Dobo dan Arafura. Pasalnya, jenis ikan pelagis yang mudah ditangkap dan dijual ada di sana.

"Jadi kebanyakan golden fishing ground-nya tuh ke Arafura, Dobo. Kalau nelayan Jawa begitu. Di sana lebih banyak ikannya, ikan pelagisnya lebih banyak 2 setengah kali di sana," jelas Aryo.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya