Berita

Kapal China di Perairan Natuna/Net

Politik

Lagi, Indonesia Protes Keras Terkait Klaim China Atas Kedaulatan Natuna

KAMIS, 02 JANUARI 2020 | 07:18 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Indonesia menolak dengan tegas klaim China yang mengaku memiliki kedaulatan atas perairan di dekat Kepulauan Nansha, Laut China Selatan, yang berbatasan langsung dengan Laut Natuna.

Wilayah yang diklaim oleh China itu masih merupakan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.
Sehingga klaim historis China soal perairan tersebut tidak memiliki dasar hukum dan tidak pernah diakui oleh hukum internasional.


"Klaim historis China atas ZEE Indonesia dengan alasan bahwa para nelayan China telah lama beraktivitas di perairan dimaksud bersifat unilateral, tidak memiliki dasar hukum dan tidak pernah diakui oleh UNCLOS 1982,"  demikian disampaikan pihak  Kemlu, Rabu (1/1).  

Indonesia Mendesak China untuk menjelaskan dasar hukum dan batas-batas yang jelas perihal klaim RRT di ZEE Indonesia berdasarkan UNCLOS 1982.

Terkait istilah  "perairan terkait atau relevant waters" yang digunakan China untuk merujuk pada wilayah di sekitar perairan yang mereka klaim di Laut China Selatan, Kemlu menekankan pemerintah Indonesia menolak dengan tegas istilah tersebut.  Istilah "perairan terkait" tidak dikenal dan tidak sesuai dengan UNCLOS 1982.

Sebelumnya, Indonesia memprotes kapal ikan Tiongkok yang memasuki perairan Natuna secara ilegal.  China menolak protes itu dan menganggap Indonesia telah menuduhnya. Dalam penolakan itu, China menegaskan bahwa negaranya memiliki hak kedaulatan atas Kepulauan Nansha di Laut China Selatan dan perairan sekitarnya yang berbatasan langsung dengan Natuna.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, menegaskan China memiliki hak historis di Laut China Selatan. Sejak dahulu,  para nelayannya telah lama melaut dan mencari ikan di perairan itu dan dekat Kepulauan Nansha.

Perairan Natuna menjadi jalur utama perdagangan internasional. Sehingga klaim China tersebut juga menyinggung negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei.

Indonesia mendukung kode etik Laut China Selatan segera diterapkan sebagai pedoman negara-negara bertindak di perairan kaya sumber daya alam tersebut demi mencegah konflik.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya