Berita

Sekjen MUI, Anwar Abbas/RMOL

Politik

Kasus Uighur Disamakan Dengan Sparatis Papua, MUI: Biang Keladinya Itu Pelanggaran HAM

KAMIS, 26 DESEMBER 2019 | 23:21 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pernyataan Katib Aam PBNU, Yahya Cholil Staquf yang menyamakan kasus dugaan pelanggaran HAM kepada etnis Uighur di Xinjiang China mirip dengan kasus sparatisme di Papua ditanggapi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sekjen MUI, Anwar Abbas menilai, pangkal masalah kasus tersebut adalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Gerakan sparatisme berangkat dari diskriminasi dan penindasan, seperti yang terjadi di Uighur yang dilakukan oleh pemerintah China.

"Kalau bagi saya, biang keladinya itu (pelanggaran HAM). Yang jadi pangkal sebab musabab diinjak-injaknya hak asasi rakyat Uighur, terutama hak beragama mereka, akhirnya muncullah pemikiran untuk memisahkan diri," ujar Anwar di Kantor MUI Pusat, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Kamis (26/12).

Karena itu, Anwar menilai kasus di Uighur murni pelanggaran HAM lantaran kebebasan bergama yang dirampas oleh pemerintah China. Meskipun imbasnya bergulir isu sparatisme seperti disampaikan beberapa pihak.

"Jadi kalau pemerintah China ingin Uighur tidak memisahkan diri, ya jangan langgar hak-hak mereka. Saya gitu aja logikanya," tutur Ketua PP Muhammadiyah ini.

Lebih lanjut, Anwar meminta pemerintah China untuk menghargai agama dan kebebasan beragama bagi etnis minoritas muslim Uighur di Xinjiang.

"Kita minta satu saja, menghormati dan menghargai agama dan hak bergama dari masyarakat Uighur di Xinjiang yang mayoritas beragama Islam," kata Anwar.

Meskipun, ia memandang wajar jika etnis minoritas Muslim di negeri tirai bambu itu berubah menjadi gerakan sparatis sekalipun. Sebab, hak untuk hidup dan kebebasan untuk beragama dirampas oleh pemerintahnya.

"Kalau itu berubah jadi sparatis ya wajar-wajar saja ya karena dia didiskriminasi hak-haknya, untuk apa gunanya dia bergabung dengan China? Tapi kalau dihormati oleh pemerintah China, untuk apa pula gunanya mereka berpisah?" demikian Anwar.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya