Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Gagal Sepakat Soal Jumlah Kontribusi, Nasib Pasukan AS Di Korsel Dipertanyakan

RABU, 18 DESEMBER 2019 | 22:40 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Korea Selatan dan Amerika Serikat gagal untuk mencapai kata sepakat soal nilai kontribusi yang harus dibayarkan Korea Selatan untuk menampung 28.500 tentara Amerika Serikat.

Gagalnya pembicaraan pekan ini terjadi karena kurangnya kesepakatan yang dibuat dalam pembicaraan yang dipimpin oleh kepala negosiator Korea Selatan Jeong Eun-bo dan mitranya dari Amerika Serikat, James DeHart. Meski begitu, kedua belah pihak masih akan melanjutkan pembicaraan putaran baru awal tahun depan.

"Kedua pihak telah memperluas pemahaman mereka satu sama lain melalui banyak diskusi meskipun ada perbedaan posisi mereka dalam berbagai masalah, dan memutuskan untuk melanjutkan konsultasi yang erat," begitu keterangan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat Channel News Asia (Rabu, 18/12).

Sementara itu, anggota parlemen Korea Selatan menyebut bahwa Amerika Serikat menuntut dana hingga 5 miliar dolar AS per tahun untuk membuat ribuan tentara mereka tetap berada di negeri ginseng. Namun Korea Selatan keberatan dengan jumlah tersebut karena lebih dari lima kali lipat jumlah yang disepakati Korea Selatan untuk dibayarkan tahun ini.

Kenaikan nilai kontribusi itu merupakan bagian dari kebijakan "America First" ala Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dia menuntut agar sekutu-sekutu Amerika Serikat, termasuk anggota NATO dan Jepang, untuk membayar lebih untuk pertahanan. Tidak terkecuali Korea Selatan.

Trump bahkan tidak sungkan menunjuk Korea Selatan sebagai negara kaya yang mengambil untung dari pasukan militer Amerika Serikat.

Untuk diketahui, keberadaan pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan merupakan warisan Perang Korea 1950-1953. Keberadaan mereka juga sekaligus sebagai pertahanan atas ancaman lanjutan dari Korea Utara. Pasalnya Perang Korea berakhir dengan perjanjian gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.

Sejumlah pakar, baik dari Amerika Serikat maupun Korea Selatan, memperingatkan bahwa jika tidak ada kesepakatan tercapai, maka hal itu bisa membuat masa depan kehadiran pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan dipertanyakan.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya