Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Pengamat: Penambahan Masa Jabatan Presiden Picu Abuse Of Power

JUMAT, 29 NOVEMBER 2019 | 04:41 WIB

Wacana amandemen Undang Undang Dasar 1945 menjadi perbincangan publik, baik di kalangan masyarakat maupun pemerintah. Salah satu gagasan yang menarik perhatian yaitu isu tambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.

Menanggapi gagasan tersebut, Koordinator Wartawan Parlemen bekerja sama dengan Biro Pemberitaan Parlemen DPR RI menyelenggarakan diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema "Bola Liar Amendemen, Masa Jabatan Presiden Diperpanjang?" yang digelar di Media Center MPR/DPR RI, Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (28/11).

Turut hadir sebagai salah satu pembicara yaitu Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, yang juga sebagai pengamat komunikasi politik Universitas Al Azhar Indonesia.

Ujang menjelaskan, sesungguhnya Indonesia itu belum berdemokrasi. Indonesia, kata Ujang ini hanya sedang bertransisi menuju demokrasi. Wacana yang berkembang mengenai perpanjangan masa periodesasi presiden menjadi tiga periode ini menurutnya harus benar-benar dikawal dan dikritisi.

”Kalau kita tidak hati-hati dalam proses transisi demokrasi ini, dikhawatirkan itu akan menjadi otoritarian. Inilah yang terjadi di Amerika Latin, demokrasinya gagal, kembali ke otoritier, matilah kita,” jelas Ujang.

Wacana menjadikan masa jabatan presiden menjadi tiga periode harus dikawal karena dapat memicu penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).

"Kalau wacana ini untuk melanggengkan kekuasaan dengan presiden yang sama maka yang terjadi nanti adalah abuse of power. Saya yakin akan kembali ke proses otoritarianisme karena itu merupakan gagalnya demokrasitisasi.Kita sampaikan ke DPR untuk menjaga proses demokratisasi itu,” sambungnya.

Persoalan ini harus benar-benar disikapi dengan hati-hati sehingga jangan sampai nantinya MPR membuat keputusan yang salah jalan. Sarah Anggita

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya