Berita

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo/Net

Politik

Fadli Zon: Pendapatan Negara Era SBY 17,56 Persen, Jokowi Cuma 5,73 Persen

SELASA, 05 NOVEMBER 2019 | 16:40 WIB | LAPORAN: ICHSAN YUNIARTO

Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin harus realistis dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Bukan tanpa alasan, menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, pada periode pertama, pemerintah Jokowi terlihat kesulitan mencapai target pendapatan negara yang ditetapkan.

"Saya paham, salah satu kesulitan pemerintah terkait pengelolaan APBN adalah tak pernah tercapainya target pendapatan negara yg ditetapkan. Itu sebabnya pemerintah seharusnya realistis dalam menyusun anggaran," kata Fadli lewat akun Twitternya, Selasa (5/11).


Fadli kemudian membandingkan pendapatan negara di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Jokowi.

"Sebagai catatan, rata-rata kenaikan pendapatan negara pada periode pertama pemerintahan Presiden SBY di tahun 2005-2009 adalah sebesar 17,56 persen tiap tahun," imbuhnya Fadli.

"Namun, dalam lima tahun pertama pemerintahan Presiden Jokowi rata-rata kenaikannya hanya 5,73 persen saja. Artinya, pemerintah harus sadar diri dan segera merasionalisasi mimpinya," lanjutnya.

Lebih lanjut, kata Fadli, negara harus kembali utang untuk membiayai belanja yang tidak realistis.

"Jangan sampai, untuk membiayai belanja yang tak realistis, kita terus-menerus memperbesar utang," sesalnya.

Di akhir pemerintahan Presiden SBY, lanjut Fadli, Debt to Service Ratio (DSR) Indonesia masih di bawah 25 persen. Namun, di pemerintahan Jokowi, DSR ada di angka lebih dari 31 persen.

"Selama pemerintahan Presiden Jokowi, rata-rata penambahan utang pemerintah setiap tahunnya adalah sebesar 11,7 persen. Laju utang ini sangat kontras dengan laju pertumbuhan ekonomi yang hanya limit 5 persen," paparnya.

Fadli pun berharap agar pemerintahan Jokowi segera fokus ke soal ekonomi.

"Itu sebabnya, saya berharap pemerintah segera fokus pada soal ekonomi. Jikapun ingin mengikis radikalisme, perbaiki saja kualitas pertumbuhan ekonomi," tutupnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Hukum Bisa Direkayasa tapi Alam Tak Pernah Bohong

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:06

Presiden Prabowo Gelar Ratas Percepatan Pemulihan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:04

Pesantren Ekologi Al-Mizan Tanam 1.000 Pohon Lawan Banjir hingga Cuaca Ekstrem

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:58

Taiwan Tuduh China Gelar Operasi Militer di LCS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:52

ASG-PIK2 Salurkan Permodalan Rp21,4 Miliar untuk 214 Koperasi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:41

Aksi Bersama Bangun Ribuan Meter Jembatan Diganjar Penghargaan Sasaka

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Dua Jembatan Bailey Dipasang, Medan–Banda Aceh akan Terhubung Kembali

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Saling Buka Rahasia, Konflik Elite PBNU Sulit Dipulihkan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:48

Isu 1,6 Juta Hektare Hutan Riau Fitnah Politik terhadap Zulhas

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:29

Kemensos Dirikan Dapur Produksi 164 Ribu Porsi Makanan di Tiga WIlayah Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 19:55

Selengkapnya