Berita

Jaya Suprana

Gerakan Merongrong Demokrasi

JUMAT, 20 SEPTEMBER 2019 | 06:47 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

BIASANYA yang merongrong demokrasi adalah para anarkis dengan tak segan menggunakan batu, molotov cocktail dan bom rakitan. Namun pada belahan awal abad XXI gerakan merongrong demokrasi dilakukan para penguasa yang sedang berkuasa dengan kreatif menghalalkan segala akal-muslihat politik mulai dari pembunuhan karakter sampai rekayasa konstitusi.

Hungaria


Parpol Hungaria yang sedang berkuasa optimal mendayagunakan kekuasaan mayoritas di parlemen untuk mengatur regulasi, menguasai bisnis, mengendalikan hukum, membeli media serta memanipulasi aturan main pemilu demi meraih atau mempertahankan kekuasaan.

Penguasa tidak perlu melanggar konstitusi sebab sudah sedemikian berkuasa sampai bisa mengerahkan parlemen sebagai dewan legislatif untuk menyesuaikan konstitusi dengan selera dan kehendak kebijakan  demi mewujudkan apa pun yang diinginkan.

Penguasa tidak perlu menggunakan polisi rahasia untuk menculik para lawan politiknya di tengah malam sebab dengan mudah kaum oposisi dilumpuhkan dengan serangan hujatan dahsyat para buzzer pembunuh karakter bayaran lewat medsos atau kriminalisasi para wajib pajak yang dianggap berada di kubu seberang.
Melaporkan sesama warga ke polisi dianggap sebagai perilaku terpuji mirip konon Jerman di masa Hitler.

Fata Morgana


Hungaria proforma demokratis tetapi de facto negara otoriter partai tunggal mirip Indonesia di masa Orba atau China sampai masa kini. Penguasa sakti mandraguna dalam mencari peluang-peluang di dalam sistem demokrasi demi menyiptakan fata morgana sepak-terjang politik seolah-olah demokratis namun sebenarnya sama sekali bukan demokrasi.

Menyaksikan keberhasilan Hungaria merongrong demokrasi, para politisi Polandia sebagai negara muda yang masih pada taraf taman kanak-kanak dalam merongrong demokrasi menjadikan Hungaria sebagai model suri-tauladan.

Para negara yang seharusnya sudah dewasa dalam berdemokrasi seperti Inggris dan Amerika Serikat, tidak mau ketinggalan bereksperimen dengan demokrasi gaya baru yang dianggap lebih ampuh demi merebut atau mempertahankan kekuasaan. Pendek kata kekuasaan menjadi tujuan utama di atas segala-galanya.

Demokrasi dipersembahkan bukan bagi rakyat namun diri penguasa sendiri sambil berdendang lagu “Self-Service” yang pada bait pertamanya diawali teks: Bagi Diriku, Aku Mengabdi.

Pembusukan


Di dalam praktik demokrasi sedang terjadi gejala pembusukan yang apabila sudah dimulai sulit dihentikan. Krisis keuangan membuktikan rakyat telah memilih penguasa yang inkompeten namun kompeten dalam swasembada mengeruk duit negara akibat lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri ketimbang kepentingan rakyat yang telah memilih mereka. Sing ora melu edan, ora keduman!

Inggris dihebohkan skandal anggaran belanja pribadi Perdana Menteri. Para lobbyist Amerika Serikat saling bersaing menyodorkan dana korporasi ke penguasa secara maju-tak-gentar-membela-yang-bayar.
 
Menurut jajak-pendapat yang dilakukan Pew Research Centre terhadap para warga usia berhak memilih di Eropa Barat dan Amerika Utara sekitar 70 persen responden kecewa akibat para penguasa yang mereka pilih ternyata ulung dalam ingkar janji, berdusta dan korupsi.

Amit-Amit


Amit-amit, semoga apa yang terjadi di negeri orang lain tidak terjadi di Tanah Air Udara kita tercinta. Kita bersyukur alhamdullilah bahwa para penguasa yang dipilih oleh rakyat untuk berkuasa ternyata semuanya jujur, tulus dan bersih maka tidak pernah berdusta, tidak pernah ingkar janji dan tidak pernah korupsi.

Marilah kita semua bersujud memanjatkan doa ke Yang Maha Kuasa agar berkenan menyadarkan para pemimpin yang dipilih oleh rakyat mengabdikan diri bagi bukan kepentingan diri sendiri atau kepentingan parpol namun murni bagi kepentingan negara, bangsa dan rakyat selaras sukma adiluhur terkandung di dalam Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Perwusyaratan/Perwakilan serta Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. MERDEKA!

Penulis adalah rakyat Indonesia yang cinta Indonesia.


Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya