Berita

Jokowi saat meninjau lokasi kebakaran hutan di riau/Repro

Politik

Walhi: Berulangnya Kebakaran Hutan Bukti Gagalnya Jokowi Penuhi Hak Dasar Rakyatnya

RABU, 18 SEPTEMBER 2019 | 20:15 WIB | LAPORAN: IDHAM ANHARI

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebut penegakan hukum pasca kebakaran hutan dan lahan sejak 2015 malah dioperasionalkan secara setengah hati dan berstandar ganda.

Berdasarkan informasi yang disebutkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di publik bahwa luas kebakaran hutan dan lahan hingga 15 September 2019 mencapai 328.724 hektar, yang terdiri 239.161 hektar di tanah mineral, dan 89.563 hektar di lahan gambut.

Asap beracun yang disebabkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah ekosistem gambut masih mengancam kehidupan warga di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan beberapa provinsi lainnya.

"Kondisi ini memperlihatkan negara gagal dalam melindungi dan memenuhi hak-hak dasar rakyatnya," kata Manajer Kajian Kebijakan Eksekutif nasional WALHI Boy Jefrey Even Sembiring di kantornya, Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (18/9).

Bahkan di tengah derita yang dialami rakyat yang menjadi korban asap, Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih sempat-sempatnya memberikan dorongan perbaikan ekosistem investasi.

"Jokowi seolah tutup mata bahwa praktik buruk ilegal, dan perizinan yang tidak semestinya yang berkedok investasilah menjadi penyebab utama kebakaran hutan dan lahan yang terus langgeng dari penghujung 1990-an sampai dengan sekarang ini," ucap Boy Jefry.

"Kedok negara lalai dan seolah mengaku, penegakan hukum yang seolah serius disajikan guna memperbaiki citra pemerintah saja," sambungnya.

Selain itu, KLHK juga tercatat telah melakukan penyegelan 48 areal konsesi perusahaan dan 1 penyegelan lahan terbakar milik perorangan, dengan total luas sebanyak 8.931 hektar.

"Untuk KLHK, masih belum diketahui maksud dari penyegelan yang dilakukannya," tegasnya.

Populer

Mahfud MD: Jangan Lempar Batu ke Unair, Tapi Sembunyi Tangan

Minggu, 07 Juli 2024 | 10:21

Krakatau Steel Terancam Kolaps, Erick Thohir Dituntut Tanggung Jawab

Minggu, 07 Juli 2024 | 15:56

Otoriter Dilarang Pimpin Perguruan Tinggi

Minggu, 07 Juli 2024 | 12:05

KPK Perlu Selidiki Program KKP Ekspor BBL Berkedok Budidaya

Selasa, 09 Juli 2024 | 18:28

Pejabat PLN Resmi Ditahan KPK

Selasa, 09 Juli 2024 | 18:23

Bey Machmudin: HR Nuriana Sosok yang Disiplin dan Merakyat

Kamis, 11 Juli 2024 | 14:51

Pengusaha Tambang Haji Romo Diancam Dijemput Paksa KPK

Minggu, 14 Juli 2024 | 17:02

UPDATE

Ajudan Wakapolres Sorong Ditemukan Tewas di Rumah Dinas, Ini Kronologisnya

Selasa, 16 Juli 2024 | 22:00

Pakar: Perubahan Nomenklatur Wantimpres Menjadi DPA Kebutuhan Ketatanegaraan

Selasa, 16 Juli 2024 | 21:50

Pakai Batik Warna Kuning, Ketum Golkar Hadiri Deklarasi Soksi

Selasa, 16 Juli 2024 | 21:42

Menhub Dorong Optimalisasi Inaportnet untuk Peningkatan Layanan Logistik

Selasa, 16 Juli 2024 | 21:35

Kritik Pencabutan IUP oleh BKPM, Deolipa: Pemerintah Jangan Zalim

Selasa, 16 Juli 2024 | 21:33

Natalius Pigai Soroti Keberhasilan NYT Identifikasi 46 Anak Ukraina yang Diculik Rusia

Selasa, 16 Juli 2024 | 21:28

PDI Perjuangan Masih Godok Bacalon Untuk Pilkada Deli Serdang 2024

Selasa, 16 Juli 2024 | 21:27

Ketum PBNU Bongkar Obrolan Lima Nahdliyin dengan Presiden Israel

Selasa, 16 Juli 2024 | 21:10

Lebih dari 2.000 Mobil Listrik Terjual pada Juni 2024, Ini Merek Paling Laku

Selasa, 16 Juli 2024 | 21:08

Sofyan Tan: 60 Persen Kunjungan Wisatawan Mancanegara Karena Budaya Indonesia

Selasa, 16 Juli 2024 | 20:54

Selengkapnya