Ketegangan di Semenanjung Korea mulai memanas. Ini seiring peluncuran rudal yang dilakukan Korea Utara pada Jumat (16/8)
Kantor Kepresidenan Korea Selatan secara tegas meminta Korea Utara untuk menghentikan peluncuran rudal tersebut. Mereka khawatir tindakan tersebut dapat meningkatkan ketegangan militer di semenanjung.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) sebelumnya melaporkan bahwa Korut telah meluncurkan kembali dua rudal jarak pendek yang tidak dikenali ke Laut Timur.
Rudal tersebut ditembakkan dari Tongchon, Provinsi Kwangwon, pukul 08.01 dan 08.16 waktu setempat. Diperkirakan rudal tersebut meluncur sejauh sekitar 230 km dengan kecepatan maksimum Mach 6.1 atau 7.532,28 km/jam.
Menanggapi peluncuran tersebut, Direktur Kantor Keamanan Nasional (NSO), Chung Eui-yong mengadakan konferensi video "darurat" melalui sistem komunikasi panduan nasional pada pukul 09.00 waktu setempat.
"Para anggota panitia tetap mendesak (Utara) untuk menghentikan tindakan menembakkan rudal jarak pendek secara berurutan dengan alasan Republik Korea dan Amerika Serikat melakukan latihan komando," ujar Chung seperti yang dilansir oleh
NK News.
Sampai Jumat siang, Korsel belum mengkonfirmasi jenis rudal yang diuji oleh Korut, meskipun dari data yang diberikan oleh JCS menunjukkan bahwa rudal tersebut memiliki beberapa kesamaan dengan yang diluncurkan dari sistem peluncuran roket multiple (MLRS) jenis baru di awal bulan.
Peluncuran rudal Korut hanya berselang beberapa jam setelah Komite untuk Reunifikasi Damai Negara (CPRC) menolak ajakan Presiden Korsel Moon Jae-in untuk berdialog dan berdamai demi stabilitas kawasan.