Berita

Megawati Soekarnoputri pidato pembukaan Kongres V PDIP Bali/Net

Publika

Pesan Pidato Politik Megawati, Fragile Coalition Dan Loyalitas Jokowi Terhadap PDIP

SENIN, 12 AGUSTUS 2019 | 09:56 WIB

DI Kongres V PDIP, Sanur, Bali, 8 Agustus lalu Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri, berpidato dengan bahasa yang santai penuh gurauan, dan dapat dimengerti kaum awam atau "wong cilik" memang patut diapresiasi, terlebih mengingat proses rekonsiliasi elit politik pasca pemilu serentak lalu yang sempat membelah tajam masyarakat Indonesia sedang berjalan baik, bahkan mengarah ke komunikasi politik yang cair.

Di tengah pidato politik Ketua Umum PDI Perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri, di samping menyapa kawan lama yang merupakan rival berat pada saat Pilpres 2019 lalu, yakni Prabowo Soebianto serta Ahok. Sementara politisi senior pimpinan partai pendukung lain tidak mendapat sambutan yang penuh kehormatan. Hal ini tentu menjadi pembicaraan hangat di ruang publik.

Selanjutnya pidato politik Ibu Megawati Soekarnoputri, juga menyinggung beberapa persoalan, antara lain mengenai permasalahan Intoleransi, fenomena disintegrasi bangsa, Pikada 2020, soal permintaan jatah menteri yang banyak, dan lain sebagainya.

Pidato Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, menarik untuk disimak sebagai rujukan proyeksi politik Indonesia ke depan, antara lain:

Pertama, kehadiran Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang disambut hangat oleh Megawati Soekarnoputri, dan mendapat kehormatan untuk duduk di barisan petinggi partai pendukung Jokowi.

Sebelumnya Megawati sudah bertemu Prabowo. Banyak kalangan berpendapat tidak tertutup kemungkinan koalisi besar akan terjadi, sebagai proyeksi Pemilu serentak 2024.

Namun demikian koalisi besar atau grand coalition diprediksi akan tidak akan membawa perubahan baik bagi pemerintahan ke depan, disamping lemahnya oposisi sebagai penyeimbang pemerintah dalam sistem demokrasi, juga banyak partai pendukung Koalisi Indonesia Kerja (KIK) menolak atau memberi syarat berat jika Partai Gerindra bergabung dalam pemerintahan Jokowi.

Oleh karena itu jika dipaksakan maka grand coalition atau koalisi besar akan berjalan terseok, terfragmentasi di parlemen dan mudah rapuh atau menuju fragile coalition.

Kedua, pidato politik Megawati Seokarnoputri yang menyinggung bahwa penyelenggaraan Pilkada 2020, tentu menjadi agenda strategis jangka pendek partai pengusung untuk segera mengambil manuver politik.

Dalam Pilkada, koalisi partai politik tidak ada yang permanen. Namun demikian, demi kepentingan pemilu serentak 2024 serta untuk memperlancar berjalannya pemerintahan di daerah-daerah atau lokal, koalisi strategis dan taktis harus segera direncanakan dan diwujudkan untuk menjadi pemenang di Pilkada Serentak 2020.

Seperti diketahui pada Pilkada Serentak 2018, Partai Nasdem merupakan juara di 10 Provinsi, sementara PDI-P dan Gerindra keok di 11 Provinsi. Oleh karena itu, dalam konteks Pilkada Partai Nasdem tidak bisa dianggap enteng. Pendekatan politik Megawati dan Prabowo dalam konteks Pilkada tidak tertutup kemungkinan untuk meredam dominasi Partai Nasdem di Pilkada 2020.

Ketiga, pesan komunikasi poitik Megawati Soekarnoputri terkesan adanya isu presence of an issue, yakni harus terdapat konsesus di tengah situasi kontemporer yang di dalamnya mungkin tidak terdapat kesepakatan, atau kontroversi, juga konflik elit.

Isu retaknya Koalisi Indonesia Kerja (KIK) yang menjadi perbincangan hangat, seperti soal Surya Paloh yang melakukan pendekatan politik dengan Anis Baswedan, isu perebutan jatah kursi menteri, kursi pimpinan MPR, dan potensi masuknya Partai Gerindra dalam KIK.

Akan tetapi semua tergantung Jokowi sebagai Presiden terpilih yang memiliki hak prerogratif dalam menyusun komposisi kabinet. Prediksi ke depan Jokowi tidak akan sepenuhnya patuh dan loyal pada PDIP soal susunan kabinet demi stabilitas pemerintahan ke depan.

Girindra Sandino
Direktur Eksekutif Indonesian Democratic Center for Strategic Studies.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya