Berita

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo/RMOL

Politik

Bamsoet Usul Pemilihan Presiden Dikembalikan Ke MPR

JUMAT, 09 AGUSTUS 2019 | 20:21 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Pesta demokrasi pada Pemilu 2019 memiliki banyak permasalahan hingga terjadinya perpecahan di masyarakat. Hal itu memunculkan dorongan supaya Presiden kembali dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Dorongan itu juga diperkuat setelah Pemilu serentak 2019. Dimana sebanyak 72 persen dari 1.239 responden survei Cyrus Network menyatakan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) dipisah. Karena menimbulkan banyaknya permasalahan yang terjadi.

Dorongan itu juga diseujui oleh Ketua DPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet. Menurutnya Pilpres harus dikembalikan lagi ke MPR karena mengakibatkan perpecahan antara masyarakat serta mengeluarkan biaya yang banyak.


"Apa enggak sebaiknya Pilpres dikembalikan lagi ke MPR. Ini pertanyaan publik. Kalau begini keruwetannya dan mahalnya begini kenapa gak dikembalikan ke MPR saja," ucap Bamsoet di acara pemaparan hasil survei Cyrus Network di Hotel Ashley di Jalan Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/8).

"Saya pribadi sudah hitung secara kalkulasi politik, lebih banyak mudharatnya bagi bangsa ini jika Pileg dan Pilpres diserentakkan. Kita enggak usah sok-sokan berdemokrasi pakai budaya barat karena kita punya budaya sendiri. Tujuan pendiri bangsa itu kita enggak terpecah. Kalau perlu pemilihan Bupati atau Walikota dikembalikan ke DPRD," tambahnya.

Dengan demikian, Bamsoet menyarankan lembaga survei Cyrus Network untuk melakukan survei terkait keinginan masyarakat untuk mengembalikan Pemilihan Presiden ke MPR.

"Ini kan keinginan sebagian orang tapi apa enggak sebaiknya Cyrus uji ke publik. Kalau memang mau kembalikan ke MPR ya Undang-Undang Dasar harus kita amandemen," jelasnya.

Jika sudah dilakukan survei, Bamsoet mengaku anggota yang ada di DPR dan MPR juga akan memetakan suara masyarakat atas keinginannya untuk mengembalikan Pemilihan Presiden ke MPR.

"Bagi kami di DPR dan MPR suara publik terbanyak yang kita dahulukan. Kita petakan suara publik demografi, bisa kita lihat bagaimana sebenarnya keinginan masyarakat kita," paparnya.

Pemetaan itu harus dilakukan karena angka dari lembaga survei juga bukanlah mewakili keinginan seluruh rakyat Indonesia.

"Sistem demokrasi sekarang ini kita hanya main angka-angka saja. Belum tentu suara aspirasi rakyat terwakili dengan angka-angka itu. Maka kita harus petakan lagi," tandasnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya