Berita

Jokowi menjabat tangan Megawati Soekarnoputri dalam sebuah kegiatan PDIP/net

Politik

Perang Dingin Di Dalam Koalisi, Jokowi Dituntut Bertindak

JUMAT, 09 AGUSTUS 2019 | 13:36 WIB | LAPORAN:

Presiden Joko Widodo dituntut cepat bertindak, mencegah keretakan internal Koalisi Indonesia Kerja menjadi lebih parah.

Perang urat saraf di barisan koalisi Jokowi-Maruf sudah terasa selama satu bulan terakhir, bermula dari pertemuan Jokowi-Prabowo Subianto dilanjutkan kunjungan Prabowo ke kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.

Puncaknya pada pembukaan Kongres V PDI Perjuangan yang digelar di Denpasar, Bali, kemarin (Kamis, 8/8). Megawati seolah menyepelekan para koleganya, sesama ketua umum parpol koalisi, yang menjadi tamu undangan kongres.

Mega malah memposisikan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, sebagai tamu spesial. Situasi tersebut semakin menimbulkan kecemburuan dan seharusnya segera ditangani Presiden Jokowi selaku pemimpin koalisi.

"Jokowi pemimpin koalisi, karena dia presidennya, sebagai orang yang didukung partai-partai tersebut. Hanya Pak Jokowi yang bisa mendamaikan mereka semua agar koalisi baik-baik saja," kata pengamat politik, Ujang Komarudin, dalam wawancara dengan Kantor Berita RMOL, Jumat pagi (9/8).

Dia menilai kedekatan Prabowo dengan Jokowi dan Megawati berpotensi menciptakan "perang dingin". Indikasinya sudah terlihat dari sikap Partai Nasdem, Golkar, PKB, PPP beberapa waktu terakhir.

"Didukung oleh Gerindra, pemenang kedua dalam Pemilu, tentu akan merugikan Nasdem dan partai lainnya. Wajar jika Nasdem, Golkar, PPP, PKB menolak kehadiran Gerindra," ucap Ujang.

Menurut dia, bergabungnya Gerindra ke dalam koalisi pendukung pemerintahan Jokowi-Maruf Amin akan lebih menguntungkan PDIP.

"PDIP memiliki teman baru, memiliki partai yang baru, dan ini bisa menjadi penambah kekuatan di internal koalisi Jokowi-Maruf dan menguntungkan PDIP sebagai partai pemenang pemilu," sambungnya.

Jika suasana "perang dingin" itu dibiarkan oleh Jokowi, rakyat akan menangkap kesan pemerintahan Jokowi-Maruf Amin tidak ditopang koalisi yang kuat.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya