Berita

Inggit Garnasih dan Soekarno/Net

Publika

Ku Hantar Engkau Ke Gerbang Kemerdekaan

Belajar Mencinta Dari Ibu Inggit Garnasih
SELASA, 16 JULI 2019 | 17:39 WIB

PEPATAH "Di samping laki-laki hebat ada perempuan dahsyat" bisa jadi benar adanya. Mari kita tengok perjuangan Inggit Garnasih salah seorang istri Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, mojang Pasundan yang penyayang, cendekia, dermawan dan pasti parasnya menawan. Faktanya Sang Proklamator Indonesia, jiwanya tertawan.

Laksana analogi kata dalam puisi Sapardi Joko Damono:
"Ingin mencintai seperti air

Belajar pada ricik
Ingin mencintai seperti gunung
Belajar pada terjal
Ingin mencintai seperti cakrawal
Belajar menebas batas
"

Ya, bagi Soekarno mencintai Inggit memang laksana cakrawala yang menebas batas. Begitu pun sebailiknya, sangat dalam cinta Inggit pada Ngkus (panggilan kesayangan Inggit pada Soekarno). Betapa tidak, jarak usia antara kedua insan ini terpaut tiga belas tahun. Lebih sepuh Inggit.

Menebas Batas Ketidakbiasaan

Mozaik perjuangan Ibu Inggit menghantar kekasih jiwa terekam dalam episode-episode yang mengharu biru. Beliau mengajarkan para perempuan agar memiliki hakikat Empu (mumpuni).

1. Empu dalam kekuatan ruhani (agama)

Soekarno muda, yang amat lantang dalam berseteru dengan Belanda. Masa hidupnya sarat keluar masuk penjara. Resiko perjuangan ini tak menyurutkan langkah Inggit untuk selalu setia mendampingi sang kasih.

Perempuan tagguh ini tak pernah alfa menyambangi suami tercinta. Saat bersua, tak hanya makanan kesukaan suami yang dibawa, baju-baju perlente pun turut serta karena Bung Karno memang pecinta penampilan prima. Walau dalam penjara, urusan bergaya necis tak dapat dilupa.

Tak hanya itu, Inggit pun kerap menyelundupkan buku- buku politik untk suami terkasih. Padahal amatlah sulit untuk melakukan hal tersebut. Berkat kegigihan dan kelihaiannya, Inggit menyembunyikan buku-buku tersebut di balik kembennya.

Rahasia kekuatan Inggit terletak pada kekuatan spiritualnya. Shaum selama tiga hari sebelum menjenguk Bung Karno ke penjara adalah ritual yang selalu dilakukan Inggit. Inggit beralasan kekuatan doa orang yang berpuasa itu maqbul (diterima) oleh Allah. Maka tak heran berkat doa-doa yang didesahkan saat shaum, ia kerap lolos dari pemeriksaan sipir penjara.

Perempuan yang mendapat julukan "Ringgit" (uang Ringgit) karena sering diberi Ringgit oleh orang-orang yang kagum pada keelokan parasnya memang jelita lahir batin. Julukan "Ringgit" yang disematkan pada perempuan Sunda ini lantas berubah menjadi "Inggit" Itulah sekelumit sejarah nama Ibu Inggit.

2. Empu dalam mentransfer bahasa cinta.

Sang Proklamator, episode hidupnya diwarnai penjara dan pembuangan. Saat Bung Karno hendak diasingkan ke Bengkulu, beliau memberikan pilihan pada Inggit Garnasih. Ikut bersama, atau menunggu di kediaman. Perempuan kuat itu pun mengurai kalimat indah:

"Kasep.., kadeudeuh abdi, diajak kamana oge ngiring..." (Ganteng, kesayanganku. Diajak ke mana saja aku ikut).

Panggilan cinta yang indah laksana buah utrujah (jeruk), yang rasanya manis bercampur asam yang menyegarkan.

3. Empu dalam kemandirian ekonomi

Laksana ibunda Agung Khadijah RA, Inggit pun membiayai segala urusan rumah tangga dan kebutuhan suami tercinta. Soekarno tiada kesempatan untuk mencari nafkah. Selain masih kuliah, ke luar masuk penjara juga pengasingan tentu membuat langkahnya sulit mengais rizki.

Inggit tidak tinggal diam, segala kemampuan dikerahkan. Beliau memproduksi pupur (bedak dingin), lulur penghalus kulit. Juga menjahit membuat kutang (pakain dalam wanita terbuat dari kain yang menutup hampir seluruh bagian tubuh dari pusar hingga dada).

Bisnis Inggit sukses, dan uang inilah yang dipakai untuk seluruh kebutuhan keluarga. Sehingga walau Soekarno kala itu masih dalam penjara, kehidupan ekonomi tetap berjalan baik. Bahkan sebuah kemewahan saat dalam penjara sang Proklamator dapat membaca buku-buku politik yang langka dan mahal.

Pun dapat tetap perlente memakai pakaian modis dan tak terjangkau oleh orang kebanyakan. Semua itu karena gigih dan dahsyatnya Inggit Garnasih.

4. Empu dalam perawatan tubuh

Sukarno jatuh hati pada Inggit saat berusia 22 tahun, dan Inggit 35 tahun. Ketika menikah, dalam surat nikah ditulis usia Sukarno 23 tahun dan Inggit ditulis 22 tahun. Ternyata penghulu dan KUA setempat percaya. Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda.

Tentu ini tak lepas dari usaha Inggit yang istiqomah dalam merawat wajah dan tubuh. Sehingga dapat tampak lebih muda sepuluh tahun dari usianya.

Bisnis kosmetik Inggit yang sukses, karena dirasakan manfaatnya oleh para perempuan saat itu. Tentu jauh sebelum meluncurkan produk kosmetiknya, Inggit sudah mempraktikan untuk keperluan pribadinya.

5. Empu dalam prinsip hidup

Inggit memutuskan dengan rela dan setia ikut Soekarno hidup mulai dari menjalani pembuangan ke Ende, Flores, sejak 1933, lalu diasingkan lagi ke Bengkulu sedari tahun 1938. Seluruh asetnya berupa rumah peninggalan keluarga dijual. Tentu sebagai modal hidup dan berbisnis di daerah baru.

Sesampai di Bengkulu, bisnis Inggit kembali menggeliat. Keperluan keluarga pun tercukupi dengan baik. Namun, di Bengkulu inilah rumah tangga Inggit Soekarno mulai diuji.

Tatkala Soekarno bertemu gadis bernama Fathimah. Sang Proklamator lalu jatuh hati pada Fathimah, yang kemudian bernama Ibu Fatmawati seorang remaja putri yang manis, anak tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Sukarno meminta izin untk berpoligami kepada Inggit. Inggit pun menjawab:
 
"Cadu ari kudu dicandung mah" (Tabu kalau untuk dimadu).

Pilihannya hanya ada "pilih aku atau dia!". Lalu, Sukarno pun akhirnya lebih memilih Fatmawati. Maka berakhirlah rumah tangga yang telah diarungi selama 20 tahun dengan segala asa dan rasa itu.

Dengan lapang dada Inggit menguntai kata: "Ku Hantar Kau ke Gerbang Kemerdekaan...." (walau bukan aku yang kelak menjadi Ibu Negara).

Siti Oniah, M.Pd
Pendiri Taman Bermain Anak Sholeh Bekasi.

Populer

Gempa Megathrust Bisa Bikin Jakarta Lumpuh, Begini Penjelasan BMKG

Jumat, 22 Maret 2024 | 06:27

KPK Lelang 22 iPhone dan Samsung, Harga Mulai Rp575 Ribu

Senin, 25 Maret 2024 | 16:46

Pj Gubernur Jawa Barat Dukung KKL II Pemuda Katolik

Kamis, 21 Maret 2024 | 08:22

KPK Diminta Segera Tangkap Direktur Eksekutif LPEI

Jumat, 22 Maret 2024 | 15:59

Bawaslu Bakal Ungkap Dugaan Pengerahan Bansos Jokowi untuk Menangkan Prabowo-Gibran

Rabu, 27 Maret 2024 | 18:34

Connie Bakrie Resmi Dipolisikan

Sabtu, 23 Maret 2024 | 03:11

KPK Lelang Gedung Lampung Nahdiyin Center

Selasa, 26 Maret 2024 | 10:12

UPDATE

Pasca Penangkapan NW, Polda Sumut Ramai Papan Bunga

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:58

Mahfud Kutip Pernyataan Yusril Soal Mahkamah Kalkulator, Yusril: Tidak Tepat!

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:50

Namanya Diseret di Sidang MK, Jokowi Irit Bicara

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:43

Serukan Penegakan Kedaulatan Rakyat, GPKR Gelar Aksi Damai di Gedung MK

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:39

4 Perusahaan Diduga Kuat Langgar UU dalam Operasional Pelabuhan Panjang

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:29

Rahmat Bagja Bantah Kenaikan Tukin Bawaslu Pengaruhi Netralitas di Pemilu 2024

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:21

Ketum JNK Dukung Gus Barra Maju Pilbup Mojokerto Periode 2024-2029

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:13

Serahkan LKPD 2023 ke BPK, Pemprov Sumut Target Raih WTP ke 10

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:04

Demi Kenyamanan, Jokowi Imbau Masyarakat Mudik Lebih Awal

Kamis, 28 Maret 2024 | 21:00

Paskah 2024, Polda Sumut Tingkatkan Pengamanan

Kamis, 28 Maret 2024 | 20:53

Selengkapnya