Dahnil Anzar Simanjuntak/Net
Dahnil Anzar Simanjuntak/Net
ESKALASI politik di Kota Medan, Sumatera Utara mulai bergeliat. Mengapa bergeliat? Karena tahapan pilkada memilih walikota dimulai September 2019 mendatang. Sejumlah figur pun santer diperbincangkan publik.
Jika bercermin dari Bruce Newman, marketing politik terletak pada proses memilih costumer dan strategi ke mana distribusi produk untuk dijual. Produk politik yang saya maksudkan, bagaimana image kepada politisi, pesan politik bahkan program yang dikirim ke audiens sesuai harapan konsumen. Jadi, figur yang muncul belakangan ini ikut menghiasi media, tidak terlepas dari kecerdasan mengemas produk, kemudian menjual produknya ke pasar politik. Muncullah branding, sebuah merek figur yang terekam di mata publik. Jika ini sukses, maka tak heran figur yang sukses menampakkan brandingnya, ia pun bakal terpilih untuk lima tahun ke depan.
Mengamati geliat politik itu, setidaknya ada tiga model figur bakal calon untuk mencalonkan diri di Medan. Pertama, ada yang didorong untuk maju oleh komunitasnya. Kedua, ada yang terkesan dipaksakan untuk turun gunung. Ketiga, ada juga atas kemauannya sendiri. Ketiga kiblat inilah menurut saya kerap sekali menghiasasi media mainstream maupun media sosial menjelang pilkada Kota Medan. Salah satu nama yang diperbincangkan itu mantan Jurubicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Dahnil Anzar Simanjuntak. Apakah Dahnil layak merebut orang nomor satu di Kota Medan?
Populer
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
UPDATE
Senin, 22 Desember 2025 | 08:06
Senin, 22 Desember 2025 | 08:00
Senin, 22 Desember 2025 | 07:45
Senin, 22 Desember 2025 | 07:24
Senin, 22 Desember 2025 | 07:15
Senin, 22 Desember 2025 | 07:10
Senin, 22 Desember 2025 | 07:00
Senin, 22 Desember 2025 | 06:56
Senin, 22 Desember 2025 | 06:30
Senin, 22 Desember 2025 | 05:59