Berita

Foto: Dok

Publika

Koi Bukan Gurame

JUMAT, 05 JULI 2019 | 11:51 WIB

DALAM budaya Tionghoa, ikan Koi telah dipandang sebagai simbol keberuntungan selama berabad-abad.

Sejarah mencatat ketika istri Confucius a.k.a Zhisheng Kongzi, melahirkan seorang anak lelaki, Rajamuda (Duke) Zhou dari negara Lu memberikan hadiah beberapa ikan Koi, sebagai ucapan selamat atas kelahiran putera pertama Confucius.

Untuk menghargai pemberian itu maka Confucius memberi nama puteranya dengan nama Kong Li  (孔鲤) a.k.a Boyu (伯鱼).  Dalam bahasa Tionghoa Li (鲤) adalah kata yang berarti Ikan Koi.


Komunitas Khonghucu di Indonesia ketika menerjemahkan huruf Li (鲤) sebagai ikan Gurame, dalam beberapa enslikopedia memang benar ikan Gurame juga termasuk dalam jenis ikan karper. Sehingga penjelasan arti Li  (鲤) sebagai ikan Gurame menjadi tidak tepat dan penjelasan yang tepat sesungguhnya adalah ikan Koi.

Jadi karena bukan ikan Gurame yang dimaksud, melainkan ikan Koi yang diberikan oleh Duke Zhou dari Lu itu lalu dipelihara dengan baik oleh keluarga Confucius dikolam rumahnya.

William Mc Naughton seorang pujangga dari Inggris mengatakan, semua orang Tionghoa adalah pengikut Confucius entah ia sadar atau tidak. Begini katanya: “Hal-hal yang diajarkan oleh Confucius ialah hal-hal yang tertanam dalam sanubari orang Tionghoa selama berabad-abad. Maka tidaklah berlebihan jika dikatakan Tionghoa adalah Confucius, begitu juga halnya Confucius adalah Tionghoa."

Tradisi meneladani Confucius inilah yang sampai hari ini menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat Tionghoa, Jepang, Vietnam dan Korea dengan tradisi memelihara ikan Koi di rumah mereka.

Menurut legenda Tiongkok, ikan Koi dapat berenang bebas menuju ke laut bahkan dalam kondisi cuaca badai, sehingga orang-orang Tionghoa kuno berpikir karena tangguhnya ikan Koi ia nanti akan berubah menjadi naga dan dianggap agung.

Ikan Koi dianggap terkait erat dengan ‘Dragon Gateway’, yang dikatakan setinggi lebih dari sepuluh ribu meter. Jika seekor ikan Koi berhasil melompati gerbang tersebut. maka ia akan berubah menjadi seekor naga.

Karena naga dianggap sebagai simbol puncak kebijaksanaan, kekuatan dan keagungabn di Tiongkok Kuno. Hal ini adalah merupakan metafora manusia pada ikan yang memiliki pencapaian sebagai representasi tujuan yang agung.

Di masa lalu, untuk menjadi seseorang yang berhasil, simbol ikan Koi menjadi adalah satu simbol terindah yang dipilih. Simbol ini menunjukkan bahwa seseorang telah lulus ujian kekaisaran yang begitu sulit dan menantang.

Jaman sekarang, simbol ikan Koi mengacu pada seseorang yang telah membuat kemajuan pesat dalam karirnya. Simbol ini juga menunjukkan bahwa selama seseorang bekerja sangat keras, dia akhirnya akan berhasil, seperti ikan kecil yang menjadi naga agung.

Karena keterkaitan ikan Koi identik dengan kemakmuran dan warna merah (merah menjadi lambang positif dan keberuntungan di Tiongkok), orang-orang mulai memelihara Koi di tangki dan kolam di rumah mereka untuk menarik keberuntungan dan keberhasilan karier profesional atau akademik.

Menurut catatan sejarah, simbol ikan Koi selalu hadir di istana kerajaan dan dapat dilihat dalam bentuk seni seperti lukisan dekoratif, bordir sutra dan kerajinan keramik.

Seperti keluarga Confucius dirumah kami juga memelihara Koi. Karena istri saya sangat menyukainya.

Dalam tradisi keluarga kami ketika memiliki hewan peliharaan kami selalu memberinya nama. Tidak terkecuali untuk Ikan Koi kami. Mereka ada yang bernama si Belang, Si Putih, Si Brumbun dan bahkan si Kilat karena terkenal dengan berenangnya yang secepat kilat.

Tentang kekeliruan Koi dan Gurame menurut saya ada baiknya kita mengikuti seperti apa kata Confucius “Bila melakukan kesalahan
jangan takut untuk memperbaikinya”

Saatnya memberi makan Si Brumbun, Si Kilat dan kawan-kawan.

Kris Tan
Intelektual Muda Khonghucu, Ketua Umum Generasi Muda Khonghucu Indonesia (Gemaku) 

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya